Pondok pesantren mampu dan harus optimistis menjadi pelopor upaya membangun peradaban Islam di Indonesia. Dunia pesantren tidak boleh fokus pada pendidikan formal saja tetapi selain pendidikan, penting ditekankan pengajaran, penugasan, pembiasaan, pengawalan, pelatihan dan teladan di berbagai lini kehidupan. Sehingga santri mengerti arti dan tujuan hidup.
"Pertanyaannya apa bisa? Bisa dan harus bisa. Pesantren tak hanya didik skil tapi mendidik hidup," tutur KH Abdullah Syukri Zarkasyi Pimpinan Pondok Modern Darussalam, Gontor dalam Rountable Discussion dengan tema "Pesantren Sebagai Pusat Peradaban," di Bogor, Selasa (14/12).
/>
Syukri mengemukakan live skill diajarkan kepada para pendidik terlebih dahulu sebelum ditujukan ke para santri. Sebab, karakter, akhlak, dan moral sulit dibentuk tanpa mempertimbangkan beberapa hal tersebut.
"Jika karakter sudah terbentuk melalui proses dan prosedur dasar tadi maka bisa diarahkan dan diberdayakan untuk penguatan ekonomi, sosial dan politik. Di saat bersamaan, pontren perlu melakukan sinkronisasi dan membangun jaringan kerja dengan lembaga-lembaga lain," tuturnya.
Selain itu, perhatian dan keterlibatan pemerintah terhadap dunia pontren perlu terus ditingkatkan. Termasuk mendorong pemberdayaan ekonomi berbasis pontren karena pontren memiliki kekuatan dahsyat berupa jumlah santri yang bisa mencapai 4000 santri. "Meski ekonomi proteksi yang penting kemandirian, bukan keuntungan," tutur dia.
Lebih lanjut, Syukri mengemukakan, diakui tidak semua pontren mampunyai kualitas bagus. Berdasarkan pengamatannya dari 16 pontren cabang dan 211 pontren alumni Gontor, sebagian didapati kurang berkualitas. (ful)