Program Keluarga Berencana (KB) diyakini sebagai solusi guna mencegah ancaman terjadinya "baby boom" atau ledakan populasi pertumbuhan bayi, kata pengurus Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Kota Bogor, Tety Hartati, MSi kepada ANTARA di Bogor, Senin.
Menurut Tety, Indonesia terancam mengalami apa yang sering disebut sebagai fenomena "baby boom" atau ledakan populasi pertumbuhan bayi yang tidak terkendali. Pasalnya dalam beberapa tahun terakhir kesadaran untuk ber-KB menunjukkan kecenderungan menurun. Bahkan informasi atau wacana tentang pentingnya KB nyaris jarang lagi terdengar dalam pemberitaan media massa.<>
Para pemangku kepentingan seolah sudah kurang berkepentingan lagi dengan persoalan KB. Tak ayal program KB pun terlupakan. "Saya amati dalam beberapa tahun ini program KB kurang terdengar gaungnya. Menurut saya kondisi ini tidak bisa didiamkan, karena akan berimplikasi bagi terjadinya "baby boom".
Ancaman terjadinya "baby boom" dapat dicegah dengan menggalakkan kembali program KB," tutur wanita yang menamatkan studi Magister Sains (MSi) Penyuluhan Pembangunan (PPn) Pascarajana Institut Pertanian Bogor (IPB).
Kekhawatiran Tety tersebut cukup beralasan, karena tren perkembangan KB di masyarakat pada umumnya mengalami penurunan. Kondisi ini pun terjadi di Kota Bogor.
Saat ini peserta aktif KB hanya 61,16% dari total pasangan suami-istri (pasutri) produktif di Bogor. Berarti masih ada sekitar 38,84% lagi masyarakat yang belum menjalani program KB.
"KB merupakan tanggungjawab bersama. KB bukan hanya urusan perempuan, tapi juga melibatkan laki-laki. Program KB hanya akan berjalan bila suami-isteri memiliki kepedulian yang sama," ujar Tety.
Karena itu, melalui organisasi Fatayat NU Kota Bogor, Tety menyelenggarakan serangkaian penyuluhan dan kampanye mengenai pentingnya program KB. Program KB diyakini bukan hanya sebagai solusi guna menekan laju "baby boom" semata, namun juga sebagai wahana memperjuangkan kehidupan yang berkualitas.
"Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas meruapakan langkah penting guna mencapai pembangunan berkelanjutan. Hal ini dapat dicapai melalui pengendalian kuantitas dan peningkatakan kaulitas SDM sehingga ada keseimbangan penduduk dengan daya dukung alam maupun lingkungan," terang wanita yang bekerja sebagai dosen STIE Tazkia Bogor.
Kekuatiran akan ancaman "baby boom" serta kesadaran untuk mengampanyekan pembangunan berkelanjutan, mendorong organisasi pemudi yang berada di bawah naungan NU ini membangun kemitraan strategis dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor.
Sejak pertengahan Juli lalu ormas ini aktif menggalang kampanye kepada para pemangku kepentingan di Bogor, dengan sasaran tokoh agama (toga), tokoh masyarakat (toma) serta kalangan pemudi maupun pemuda.
Selain itu, Fatayat NU juga aktif menggelar "training of trainer (ToT)." Program ToT ini diharapkan dapat membangkitkan kembali program KB di tengah masyarakat, guna mewujudkan kehidupan masa depan yang lebih berkualitas.
Nunung Munawwaroh yang juga aktif pada organisasi Fatayat NU Kota Bogor menambahkan, gerakan KB akan berhasil bila didukung oleh semua komponen masyarakat.
"Program ini tidak bisa hanya dibebankan kepada aparat dari BPMKB atau hanya menyertakan kaum perempuan saja. Semua pihak harus andil. Jika semua pihak sudah andil, ia yakin program ini akan berjalan dengan baik," katanya.
"Gerakan KB akan berhasil bila semua pihak sadar akan pentingnya program ini. karena itu Fatayat NU dan BPMKB mengampanyekan pentingnya KB dengan cara mengajak kepada kawan, tetangga dan masyarakat sekitar untuk menjadi peserta KB," terang wanita yang bekerja sebagai Humas IPB. (ant/hir)