Warta

Tokoh Spiritual Druz: Peran Aktif NU Percepat Penyelesaian Palestina

Rabu, 20 Januari 2010 | 03:51 WIB

Beirut, NU Online
Penjajahan Israel atas Palestina dan pencaplokan beberapa wilayah Arab di sekitarnya telah mengakibatkan penderitaan rakyat di kawasan ini, dan menciptakan suasana tegang dan mengerikan bagi rakyat Palestina. Karena itu para tokoh di sana berharap umat Islam Indonesia tetap aktif dalam membela perjuangan bangsa Palestina. Salah satunya adalah Syekh Nasruddin al-Ghorib, tokoh spiritual Druz.

“Saya berharap umat Islam bersatu melawan kekejaman Israel itu untuk mengakhiri penderitaan yang dialami bangsa ini selama puluhan tahun. Korban kemanusian peradaban telah berjatuhan sehingga menghalangi negri ini maju,” kata Syeikh Nasruddin al-Ghorib,  saat menyambut kedatangan misi perdamaian PBNU di kantornya, di Lembah Beka Ahad (18/1) pagi.<>

Selanjutnya dengan mengutip pernyataan Presiden Gamal Abdel Naser, tokoh spiritual aliran Druz itu mengatakan bahwa kedaulatan dan kebebasan yang dirampas oleh musuh dengan kekuatan, maka juga harus direbut dengan kekuatan.

“Seluruh kekuatan kami telah kami berikan pada pemerintah maka kami berharap pemerintah menjadi kuat untuk melawan Israel, demikian juga kami berharap pada NU untuk memberikan dorongan pada pemerintah Indonesia agar terus berjuang demi kemerdekaan bangsa Palestina,” terangnya.

Menanggapi harapan Pimpinan Sekte Druz yang sangat berpengaruh itu, Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi menegaskan, sebenarnya perjuangan bangsa Palestina belum apa-apanya dengan perjuangan bangsa Indonesia. Palestina dijajah Israel baru 60-an tahun, sementara Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun, tetapi bangsa Indonesia bisa bangkit dan merebut kemerdekaan.

NU sendiri lahir dari zaman penjajahan dan lahir untuk memperjuangkan kemerdekaan. Bahkan mulai tahun 1940-an NU menjadi kekuatan militer yang tangguh dengan mendirikan Pasukan Hizbullah dan Saabilillah yang dipimpin para kiai. Setelah berjuang selama lima tahun, maka pada tahin 1945 Indonesia merdeka.

Dari cerita itu Hasyim menegaskan, Palestina masih punya cukup waktu untuk merdeka, asal persatuan antar umat Islam dan antar faksi-faksi yang ada dan antara sesama negara Arab sendiri harus segera dibangun.

“Rahasia kekalahan adalah perpecahan, sementara kunci kemenangan adalah persatuan. Syarat rukun untuk menang itu belum dipenuhi oleh bangsa ini, karena itu kemerdekaan sebagai hasilnya belum bisa dipetik,” katanya.

Dari sini Hasym berharap melalui kunjungannya ini persatuan antar mazhab, sekte dan faksi yang ada bisa dijembatani. Dan NU hadir untuk menjadi mediator menuju penyatuan itu. (mdz)


Terkait