Budayawan D. Zawawi Imron yang diundang secara khusus untuk memberikan sekelumit narasi Gus Dur In Memoriam di Pamekasan, Madura, Rabu (6/1) menyatakan, orang banyak salah paham terhadap Gus Dur karena ulahnya yang dinilai kontroversial dan tidak konsisten.
Namun, baginya pemikiran harus berubah-ubah sesuai dengan konteks zaman. “Aneh, pemikiran yang tidak berubah malah dinilai konsisten, sementara yang berubah-ubah dianggap plin-plan. Padahal orang hidup selalu dalam perubahan-perubahan,” katanya.<>
Gus Dur, kata penyair celurit emas ini, telah menginspirasi masyarakat Indonesia, bahkan dunia, untuk bergerak maju.
Menurut Zawawi, ‘syahadat agama’ tidak akan pernah berubah, Asyhadu alla ilaha illa Allah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Sementara ‘syahadat kebudayaan’ sangat mungkin berubah dan bergerak dalam prinsip Al-Muhafadzatu ‘alal qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah.
Artinya kebudayaan berperinsip menjaga hal lama yang bagus dan mengambil hal baru yang lebih bagus. “Gus Dur selalu berperan dalam mengaktualisasikan prinsip ini,” imbuhnya.
Dalam narasinya, budayawan asli Madura itu menegaskan bahwa label guru bangsa sangat pantas disematkan kepada Gus Dur.
Peringatan Tujuh Hari wafatnya KH Abdurrahman Wahid di pamekasan itu diinisiasi langsung oleh Pemerintah Kabupaten Pamekasan bekerja sama dengan Pengurus Takmir Masjid Agung Asy-Syuhada’ dan PCNU Kabupaten Pamekasan.
Acara yang berlangsung di Masjid Agung Asy-Syuhada’ ini diikuti ulama’, umara’ dan masyarakat se kabupaten Pamekasan. Peringatan ini diawali dengan pembacaan Qashidah Burdah dan dilanjutkan dengan shalat Isya’ berjama’ah dan diikuti oleh ratusan jama’ah.
Dalam sambutan pembukaannya, Bupati Pamekasan KH. Khalilurrahman menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia sungguh merasa kehilangan dengan wafatnya mantan Presiden ke-4 RI ini. Acara kali ini, tambahnya, merupakan bentuk duka mendalam dari masyarakat sekaligus sebagai medium refleksi meneladani pelajaran baik dari Sang Guru Bangsa.
“Kita patut meneladani yang baik dari Almarhum KH Abdurrahman Wahid seperti pentingnya prinsip-prinsip kesetaraan, keadilan, transparansi, dan lain sebagainya,” jelas Bupati yang juga mantan ketua PCNU Pamekasan ini. (afs)