Balitbang Kemenag RISET BALITBANG KEMENAG

Nasionalisme, Aspek Tertinggi Pendidikan Karakter di Timur Indonesia 2019

Rab, 6 Mei 2020 | 07:30 WIB

Nasionalisme, Aspek Tertinggi Pendidikan Karakter di Timur Indonesia 2019

Ilustrasi: atrbpn.go.id

Salah satu hasil penelitian Badan Litbang dan Diklat Kemenag tahun 2019 mengenai Indeks Karakter Peserta Didik. Kajian ini sangat urgen dilakukan karena menjadi parameter utama bagi Kemendikbud dalam menilai hasil indeks karakter siswa terutama di Kawasan Timur Indonesia. Dengan dibuatnya indeks peserta didik, akan terlihat pencapaian indeks karakter peserta didik secara nasional dan masing-masing provinsi yang dilihat dari masing-masing dimensi karakter peserta didik.
 
Di era globalisasi ini, banyaknya perlajuan pertukaran budaya dari berbagai bangsa dan negara lain menjadi sebuah tantangan. Tantangan tersebut ialah ujian bagi bangsa Indonesia agar tetap cerdas dan sehat memilah serta memilih efek yang disuguhkan oleh era tersebut. Salah satu komponen yang selalu terdegradasi ialah moral masyarakat terutama kalangan remaja (peserta didik).
 
Penguatan dalam aspek moral menjadi tanggung jawab bersama dalam tantangan global ini. Di seluruh penjuru negeri moral menjadi titik prioritas bagaimana kita menjalankan kehidupan. Penguatan moral masyarakat merupakan tanggung jawab bersama dalam hidup berbangsa dan bernegara di era globalisasi.
 
Moral yang kuat merupakan resistansi terhadap pengaruh informasi dari luar yang hampir tidak terbatas yang bertentangan dengan adat istiadat dan budaya kita. Penguatan moral dapat dilakukan salah satunya melalui jalur pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang efektif dan maksimal akan memberikan penguatan karakter baik bagi peserta didik secara khusus maupun masyarakat secara umum.  
 
Pendidikan karakter didefinisikan sebagai pengajaran yang dirancang untuk mendidik dan membantu siswa dalam mengembangkan nilai-nilai kewarganegaraan dasar dan karakter, etika pelayanan dan masyarakat sekitarnya, memperbaiki lingkungan sekolah dan prestasi belajar siswa. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. (Sauri, 2019: 14)
 
Dewasa ini, dalam rangka penguatan karakter bagi remaja terutama melalui sektor pendidikan. Presiden Jokowi dengan Nawacita sebagai visi besarnya menjawab kebutuhan masyarakat. Sebagai negara hukum hal tersebut dilegitimasi dalam Pepres Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Wujud dari manifestasi Perpres tersebut ialah terbentuknya gerakan penguatan Pendidikan karakter (PPK). Gerakan PPK dinilai sebagai instrumen fundamental dan strategis dalam mencanangkan revolusi karakter bangsa.
 
Lokasi penelitian tersebut meliputi sepuluh provinsi pada Kawasan Timur Indonesia yaitu Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur. Jumlah SMA/MA yang terpilih pada 10 (sepuluh) provinsi adalah 86 SMA dan 19 MA yang tersebar pada 8 Kota dan 20 Kabupaten. Jumlah peserta didik yang terpilih menjadi responden sebanyak 1050 orang, yang terdiri dari 509 peserta didik laki-laki dan 547 peserta didik perempuan. Penelitian yang digunakan ialah gabungan dari penelitian kualitatif dan kuantitatif (mix methode). 
 
Dalam penelitian Indeks Karakter Peserta Didik tersebut dibatasi pada lima dimensi yaitu religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Diketahui bahwa Indeks Karakter Siswa secara umum adalah 3,49 yang berada pada kategori tinggi. Aspek-aspek lingkungan sangat berperan dalam pembentukan karakter siswa, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, ataupun lingkungan masyarakat (tri pusat pendidikan).
 
Dari kelima dimensi tersebut, dimensi nasionalisme menjadi indeks peserta didik paling tinggi dengan angka 3,60. Hal tersebut membuktikan bahwa rasa cinta dan bangga terhadap tanah air menjadi aset penting bagi peserta didik. Dimensi kedua ialah dimensi religiusitas dengan angka 3,59. Dimensi ini terpaut satu angka dengan dimensi nasionalisme. Walaupun ada sedikit sikap resistan terhadap praktik sosial-agama. Kawasan Timur Indonesia juga terkenal akan aspek keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan kitab suci yang dianut.
 
Dimensi Integritas, pada aspek dimensi ini indeks karakter peserta didik menunjukkan angka 3,47. Dalam aspek ini yang menjadi sangat penting ialah pola perilaku, sikap, dan moral peserta didik. Setelah dimensi integritas, kemandirian menjadi dimensi yang juga memiliki nilai kategori tinggi dengan jumlah 3,45. Menjadi mandiri dalam mempersiapkan kebutuhan sendiri di rumah dan mengerjakan tugas-tugas keluarga ialah faktor yang sangat dominan dalam dimensi ini.
 
Dimensi Gotong Royong. Indeks karakter peserta didik pada dimensi gotong royong adalah 3,36 menjadi dimensi yang paling rendah daripada dimensi yang lainnya walaupun berada pada kategori tinggi. Aspek peduli lingkungan, tepo sliro, dan berpartisipasi penuh menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan sekitar menjadi peranan yang sangat penting bagi peserta didik. 
 
Menyikapi fenomena dalam penelitian tersebut, para peneliti memberikan beberapa problem solving demi terciptanya penguatan terhadap dimensi yang masih rendah. 
 
Salah satu dari kelima dimensi yang masih memiliki angka lemah ialah dimensi gotong royong. Dalam hal tersebut tentu menjadi titik priotitas untuk dibenahi. Karena gotong royong sudah mendarah daging dari warisan para leluhur. Oleh karenanya, sangat penting untuk diresosialisasi di sekolah-sekolah bagaimana urgensi dari dimensi tersebut.
 
Tak hanya itu, melaksanakan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang berbasis kearifan lokal (local wisdom), nilai-nilai toleransi (tolerance values), serta kerja sama (team work) yang melekat pada gotong royong dapat dijadikan acuan dasar dalam mengembangkan karakter peserta didik. Di sisi lain, penguatan gotong royong pada peserta didik juga dapat dikembangkan melalui adanya aturan kewajiban melaksanakan kegiatan kebersihan di lingkungan sekitar pada hari libur sekolah. 
 
Penulis: Moh Abd Rauf
Editor: Kendi Setiawan