Daerah

Alasan Tiga Kiai Jombang Disebut Pendiri Nahdlatul Ulama

Ahad, 7 April 2019 | 13:00 WIB

Alasan Tiga Kiai Jombang Disebut Pendiri Nahdlatul Ulama

Ustadz Yusuf Suharto (kanan) saat berada di Islam Nusantara Center.

Mojokerto, NU Online
Biasanya yang disebut pendiri NU itu adalah tiga kiai, yaitu KHM Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Hasbullah, dan KH Bisri Syansuri. Sebenarnya pendiri NU banyak dan tidak hanya tiga kiai di atas.

Demikian disampaikan Ustadz Yusuf Suharto dalam bedah buku NU Penegak Panji Ahlussunnah wal Jamaah di kampus Institut KH Abdul Chalim (Ikhac), Pacet Mojokerto, Jawa Timur, Ahad (7/4).

"Jadi, Kiai Cholil Bangkalan yang merupakan guru dari Kiai Hasyim juga disebut sebagai pendiri NU,” kata alumnus pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini.

Demikian pula dengan Kiai Mas Alwi Abdul Aziz yang menamai Nahdlatul Ulama, Kiai Ridwan Abdullah yang membuat lambang NU. “Termasuk Kiai Abdul Chalim yang merupakan Wakil Katib dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pertama kali,” jelas Pengurus Wilayah Aswaja NU Center Jawa Timur tersebut. Sejumlah kiai lain, termasuk habaib adalah pendiri NU, lanjutnya.

Mengapa biasanya yang disebut pendiri NU adalah tiga kiai Jombang yaitu Kiai Hasyim, Kiai Wahab, dan Kiai Bisri? Karena ketiganya adalah di antara yang berperan awal pembentukan NU. “Juga karena ketiga kiai itu adalah pimpinan tertinggi di NU secara berurutan,” tegasnya.

Menurutnya, Kiai Hasyim Asy’ari adalah pemimpin tertinggi pertama, yakni rais akbar. “Disusul oleh rais aam kedua, Kiai Wahab, dan Rais Aam ketiga, Kiai Bisri,” kata pengajar di Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar, Jombang tersebut.

Peran Kiai Hasyim Asyari dalam pembentukan NU demikian signifikan. Karena menurut penuturan penulis buku, Kiai Hasyim Latif disebutkan, bahwa atas usul Kiai Hasyim Asy’ari pada pertemuan Komite Hijaz pada 16 Rajab 1344 atau 31 Januari 1926 agar Komite Hijaz tidak serta merta dibubarkan.

"Kiai Hasyim Asy’ari menyarankan agar Komite Hijaz tidak dibubarkan begitu saja, tetapi diteruskan dalam bentuk jamiyah yang mengurusi umat Islam,” terangnya. 

Bedah buku dirangkai aneka kegiatan yang disingkat Jiwa Baper (ngaji bareng, shalawatan, bedah buku dan perlombaan). Acara dibuka Rektor Ikhac, Gus Mauhibur Rohman, dan menghadirkan dua narasumber, yaitu Ustadz Yusuf Suharto, dan Ustadz Abdul Halim. (Shofia Rahman/Ibnu Nawawi)