Daerah

Alumni Tebuireng Deklarasi Tolak ISIS

NU Online  ·  Ahad, 17 Agustus 2014 | 10:30 WIB

Malang, NU Online
Kawula Warga Alumni Pondok Pesantren Tebu Ireng (KWAT) Malang Raya menolak penyebaran dan segala bentuk aktivitas jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di wilayah itu.
<>
Menurut Ketua Umum KWAT Malang Raya, Fathul Amin, Sabtu, penyebaran ISIS di wilayah ini mulai meresahkan warga sehingga seluruh elemen masyarakat harus menyatukan diri menolak gerakan beraliran tidak sesuai dengan paham dan dasar negara Indonesia itu. 

"Kami berharap negara dan publik sadar akan potensi besar yang ditimbulkan oleh kelompok fundamentralis dan radikalis terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jangan sampai aliran seperti ISIS ini bisa menguat di Indonesia," katanya di sela diskusi "Malang Menolak ISIS" di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang. 

Masyarakat harus mewaspada penyebaran aliran garis keras karena di wilayah Malang khususnya Kota dan Kabupaten Malang telah menjadi salah satu tempat di mana ISIS Indonesia menggalang relawan, bahkan salah satu kelompok ISIS telah mendeklarasikan diri di Malang.

Fathul Amin berharap ISIS di Indonesia segera dibubarkan, sebab kelompok fundamentalis dan radikalis akan memicu terjadinya konflik vertikal serta horizontal.

"ISIS merupakan salah satu perwujudan fundamentalisme dan radikalisme yang berpotensi besar melakukan makar dengan mendirikan negara Islam," tandasnya.

Sebelumnya, di Malang ditemukan bendera ISIS yang ditempel pada sebuah mushala kecil di Kelurahan Tlogowaru, RT 001/RW 001, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Gambar itu bahkan telah tertempel di sana sejak November 2012. 

Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia Perwakilan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, telah merilis khutbah Jumat tentang larangan terhadap gerakan radikal yang merebak di Indonesia, salah satunya adalah "Islamic State of Iraq and Syria" (ISIS).

Ketua MUI Kota Mataram H Muhtar di Mataram, Sabtu, mengatakan bahwa khutbah Jumat sudah diserahkan kepada pihak pemerintah kota, tinggal menunggu langkah penyebarannya ke setiap masjid di Mataram.

Sebelumnya, pemkot telah meminta MUI untuk merancang isi khutbah pada pekan lalu, terkait pergerakan radikalisme yang terindikasi keberadaannya di Indonesia, dimana salah satu kawasan yang diwaspadai penyebarannya adalah NTB.

Dalam khutbah Jumat itu, Muhtar menjelaskan, MUI telah memaparkan tentang ajaran Islam yang sesungguhnya.

Selain itu, "Kami juga memberikan gambaran tentang pemahaman yang menyimpang dari syariat Islam seperti ISIS atau pun gerakan radikal lainnya yang dapat menjerumuskan kita".

Menurutnya, langkah itu dinilai efektif dilakukan dalam membentengi iman dari ajaran sesat. "Sebelumnya, kami juga sudah melakukan imbauan kepada masyarakat baik menyosialisasikannya secara langsung maupun melalui reklame dalam bentuk larangan," ucapnya.

"Kami telah mengunjungi sekitar 22 masjid di Kota Mataram untuk menyosialisasikan ajaran Islam yang sesuai dengan syariat, kehadiran kami direspons positif oleh warga," katanya.

Pemerintah Kota Mataram sebelumnya telah melakukan berbagai antisipasi untuk mencegah masuknya gerakan radikal di daerah ini, dalam setiap pertemuan atau pun acara yang digelar bertajuk keagamaan.

Wali kota selalu mengimbau masyarakat agar tidak terprovokasi oleh isu semacam ISIS.

Oleh sebab itu, pemerintah kota bekerja sama dengan para tokoh agama, masyarakat, dan pemuda bertekad untuk menjaga dan menciptakan keamanan, ketertiban maupun kerukunan bermasyarakat. (antara/mukafi niam)