Daerah

Anak Didik Tanggung Jawab Sekolah, Orang Tua dan Tokoh Masyarakat

NU Online  ·  Sabtu, 29 Agustus 2015 | 09:02 WIB

Tasikmalaya, NU Online
Sekretaris Pergunu Jawa Barat H Saepuloh menaruh prihatin atas dampak negatif era globalisasi dan digitalisasi. Menurutnya, degradasi moral bangsa Indonesia yang ditandai mulai memudarnya gotong royong, melemahnya sikap toleransi antarumat beragama, tawuran pelajar,  dan bahkan berkurangnya rasa nasionalisme akibat lain dari era globalisasi itu sendiri.
<>
Demikian dikatakan H Saepuloh di sela pelatihan Implentasi Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Agama bagi Guru-Guru SMA/MA di pesantren Riyadul 'Ulum Wadda'wah Condong, Tasikmalaya, Jumat (28/8).

Karenanya, pendidikan karakter menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting bagi bangsa Indonesia untuk membentuk karakter bangsa yang kuat dengan berbasis pada nilai-nilai agama dan budaya. Pembentukan karakter bukan hanya tanggung jawab sekolah, melainkan tanggung jawab bersama antara guru, keluarga dan tokoh masyarakat.

"Sebenarnya proses pembentukan karakter bukan hanya di sekolah melainkan di keluarga dan masyarakat juga menjadi utama untuk diperhatikan," tutur H Saepuloh.

Di sekolah pembentukan karakter dilakukan dengan pendekatan integrasi pendidikan karakter dalam semua mata pelajaran. Karena hakikatnya pendidikan karakter merupakan wujud integrasi antara iman, ilmu, dan akhlak.

Selain itu, di sekolah juga harus dilakukan pembiasaan dan pembudayaan karakter yang positif dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah dengan menjadikan guru sebagai teladan bagi anak didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Selain itu, menurut Saepuloh, di lingkungan keluarga dan masyarakat harus ada proses penguatan dari orang tua atau wali anak didik dan tokoh masyarakat terhadap perilaku berkarakter mulia yang dilakukan di sekolah menjadi kegiatan sehari-hari di rumah dan lingkungan.

"Karena keluarga dan masyaratkat merupakan bagian terpenting dalam pendidikan, maka harus dapat menguatkan perilaku anak didik yang dilakukan di sekolah menjadi kegiatan sehari-hari di rumah dan masyarakat,"  kata H Saepuloh. (Awis Saepuloh/Alhafiz K)