Banyuwangi, NU Online
Rumah Sakit Nahdlatul Ulama (RSNU) Banyuwangi yang berada di Mangir, Rogojampi akhirnya bersertifikat resmi atas nama Nahdlatul Ulama. Peresmian tersebut dilakukan di Aula RSNU Banyuwangi. Pada persemian tersebut dihadiri pengurus NU, tokoh-tokoh yang berjasa dalam mengupayakan balik nama sertifikat, perwakilan PBNU, dan pihak yayasan.
Yayasan RSNU melakukan serah terima kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang diwakili H. Khusnan Abadi kepada Rais Syuriah PCNU Banyuwangi KH Hisyam Syafaat dan Ketua PCNU Banyuwangi KH Masykur Ali.
KH Masykur Ali menceritakan, untuk mempermudah dalam pengurusan nama hak kepemilikan tanah, sertifikat RSNU ini memakai atas nama dirinya dan H. Yamin. "Pada waktu itu Rumah Sakit NU (RSNU) yang membeli tanah ini. Di antara jumlah tanah yang ada: di belakang tiga bahu setengah, selatan setengah hektar, selatannya lagi seperempat hektar. Supaya cepat proses penamaan sertifikat, maka jumlah tanah yang seperempat hektar atas nama saya. Yang dibelakang atas nama H. Yamin," terang Kiai Masykur pada Rabu (9/11).
Ia menegaskan bahwa ketetapan wewenang kepemilikan tanah adalah PBNU sedangkan PCNU Banyuwangi hanyalah bagian pengelola aset ini. "Untuk meminimalisir kejadian hal-hal yang tidak diinginkan maka sertifikat tersebut dibalik nama atas PBNU. Tetap, dalam hal ini wewenang kepemilikan tanah atas nama PBNU. Namun, dalam pengelolaan aset tanah PCNU Banyuwangi yang mengelola," ungkapnya.
Hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, menurut dia, jika sertifikat tetap atas nama pribadi, nantinya akan timbul tuntutan-tuntutan dari ahli waris yang tidak mengetahui sejarah awalnya. "Kalau atas nama organisasi NU kan jelas. Nantinya tidak akan ada tuntutan-tuntutan dari ahli waris. Karena tanah ini sudah bersertifikat atas nama NU. Itu artinya aset ini untuk kemaslahatan umat, bukan untuk kepentingan pribadi atau ahli waris," tegasnya.
Ia juga mengisahkan pahit dan manisnya mengelola rumah sakit NU. "Dulu ketika awal saya menjadi Ketua Tanfidziyah di tahun 2003, sempat rumah sakit NU itu mati total. Halaman rumah sakitnya bertumbuhan rumput-rumput liar, gedung beserta asetnya banyak yang kumuh. Ini semua disebabkan karena orang-orang yang kita siapkan dahulu adalah orang-orang yang tidak mengetahui keilmuan yang berhubungan tentang kedokteran dan manajemen keuangan. Hingga rumah sakit kita dipandang sebelah mata,"kenangnya.
Kemudian, ia mengkonsep semua yang operasional rumah sakit. "Awalnya SDM yang kita rekrut salah, kita ganti dengan orang-orang yang ahli di bidangnya. Pemerintah dan warga Nahdliyin kita ajak untuk saling berkontribusi. Sehingga tak heran saat ini rumah sakit kita sudah mengalami peningkatan. Baik dari SDM maupun fasilitasnya," imbuhnya
Sampai saat ini pun dalam pengelolaan operasional rumah sakit, NU juga harus ikut terlibat. "Kami disana sudah siapkan beberapa orang yang menjadi pemantau dalam segala operasional kegiatan rumah sakit berlangsung. Beberapa orang inilah yang nantinya akan memeberikan beberapa informasi perkembangan disana," katanya.
Ia berharap PCNU Banyuwangi ke depan semakin jaya. Diantaranya dengan memaksimalkan bidang garap perekonomian yang kita upayakan. "Karena rumah sakit tersebut salah satu bagian di antara manajemen kesehatan dan perekonomian organisasi Nahdlatul Ulama kabupaten Banyuwangi yang kita upayakan," pungkasnya. (M. Sholeh Kurniawan/Abdullah Alawi)