Daerah

Batasan Toleransi Menurut NU

Ahad, 22 April 2018 | 01:00 WIB

Bekasi, NU Online
Islam adalah agama yang mulia karena sejak awal mengajarkan toleransi. Nilai-nilai toleransi harus dibangun dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada praktiknya, toleransi punya batasan-batasan tertentu. 

Demikian diungkapkan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Bekasi KH Zamakhsyari Abdul Majid dalam Dialog Antar Umat Beragama yang diselenggarakan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bekasi kerjasama dengan Gerejadi Katolik Paroki, di Gedung Serbaguna Gereja ST Mikael, Kranji, Bekasi Barat, Sabtu (21/4).

"Dalam bahasa Arab toleransi itu tasamuh. Islam disebut juga sebagai al-hanifiyah as-samhah. Segala macam urusan, silakan bertoleransi, kerjasama dengan orang yang berbeda agama silakan," ungkapnya. 

Namun, imbuh Kiai Zamakhsyari, ada hal yang tidak bisa ditoleransi. Yaitu mengenai akidah dan ritual keagamaan. Setiap agama tentu punya teologi dan cara beribadahnya masing-masing. 

"Makanya dalam Islam itu ada ayat 'lakum diinukum wa liyadiin', itu jadi dasar untuk Islam melakukan toleransi, dengan menyadari bahwa ada agama lain di luar Islam. Tapi jangan sampai kebablasan," ungkap Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bekasi.

Pemilik Pondok Pesantren Darul Qur'an, Kabupaten Bekasi itu menyatakan bahwa setiap agama juga punya identitas, seperti simbol-simbol keagamaan dan salam. Hal itu jangan sampai dipergunakan oleh umat agama lain.

"Misalnya ritual, ibadah, dan identitas Kristen jangan digunakan Islam. Begitu pula sebaliknya. Untuk hal-hal seperti itu jangan dicampuradukkan. Assalamualaikum juga jangan diungkapkan oleh Kristen, karena itu doa, doa itu bagi Islam adalah ibadah, dan merupakan bagian dari akidah," jelasnya.

Di akhir, ia mengajak umat beragama untuk sama-sama menjalin persaudaraan tanpa melihat perbedaan yang ada, sebagaimana para pendiri bangsa Indonesia yang tidak membesar-besarkan perbedaan, karena kepentingannya adalah untuk mempersatukan. 

"Jadi, mari sama-sama membangun kerukunan, jangan memperlebar dan membesar-besarkan perbedaan," pungkasnya. (Aru Elgete/Muiz)