Sidoarjo, NU Online
Ekspresi rasa gembira atas kesempatan memasuki Ramadhan harus dibuktikan dengan sejumlah perilaku. Hal tersebut penting agar rasa suka cita dan perasaan bangga bertemu dengan bulan penuh kebaikan tidak semata klaim atau pengakuan.
Siapa yang mencari Allah di malam pertama Ramadhan, Allah akan mencari hamba tersebut. Dan barangsiapa yang beristighfar kepada Allah, maka Ia akan mengampuninya. Dosa besar akan diampuni karena fadilah atau keutamaan malam pertama Ramadhan.
Hal itu disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Roudlatul Ulum, KH Moch Mukhlis Da'im usai menunaikan shalat tarawih, di mushalla pesantren Desa Pilang, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Ahad (5/5).
Di hadapan para jamaah, Kiai Mukhlis menjelaskan lebih detil fadilah atau keutamaan di malam pertama Ramadhan. Menurutnya, apabila telah tiba malam pertama di bulan Ramadhan, yang mau mencari Allah, maka Allah akan mencarinya.
"Secara umum untuk mencari Allah pendekatannya dengan memperbanyak dzikir dan ibadah. Sedangkan secara khusus bisa melakukan shalat tarawih dan shalat malam dan kuat berpuasa. Hal ini hanya karena pertolongan Allah. Dan siapa yang mencintai Allah, Allah akan mencintainya," kata Kiai Mukhlis.
Lebih lanjut Kiai Mukhlis menuturkan, Allah memerintahkan kepada Malaikat Kiromal Katibin atau malaikat pencatatat amal kebaikan untuk mencatat amal yang baik saja di bulan Ramadhan.
"Jadi ketika ada yang melakukan kesalahan, khilaf atau kejelekan, tidak boleh dicatat. Dengan tiga catatan tadi. Itulah barakahnya di malam pertama Ramadhan, belum lagi fadilah di malam kedua, ketiga dan seterusnya," tuturnya.
Sebagai hamba Allah harus lebih banyak bersyukur bisa tarawih. Diungkap dengan rasa gembira bisa bertemu dengan Ramadhan dan dibuktikan dengan memperbanyak istighfar.
Hal yang juga patut dicatat, jangan sampai lupa bahwa puasa harus niat, tidak boleh makan dan minum mulai Subuh sampai Maghrib. Namun demikian hendaknya mengisi waktu dengan kegiatan positif. “Kalau Maghrib jangan asal nonton televisi dan gawai,” pesannya.
Dalam pandangannya, puasa bukan sekadar menahan makan dan haus. “Tetapi menjaga hati, pikiran dan semuanya dijaga puasa. Sehingga akan menemukan rahmat dan nikmat yang besar dari Allah SWT," pungkas Kiai Mukhlis. (Moh Kholidun/Ibnu Nawawi)