Daerah

Beragam Kegiatan Semarakkan Harlah NU dan Lesbumi Jombang

NU Online  ·  Senin, 26 Maret 2018 | 18:00 WIB

Jombang, NU Online
Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) Jombang Kota (Jomkot) Jawa Timur peringati hari lahir (Harlah) ke-95 NU serta ke-56 Lesbumi dengan beragam kegiatan. Setidaknya panitia mengonsepnya dengan enam gelaran acara yang dihelat sejak pertengahan Maret hingga awal April 2018 mendatang. 

Di antaranya diklat falakiyah, pengajian dan bakti sosial, porseni, penampilan seni dan ghedabrust budaya, pawai ta'aruf dan khotmil Qur'an serta festival albanjari.

Ketua Lesbumi NU Jomkot Fathur Rohman mengatakan, sejumlah kegiatan yang akan dihelat bertujuan menyemarakkan harlah NU dan Lesbumi di tengah masyarakat Jomkot khususnya. Bahkan untuk mendukung tujuan itu, panitia juga memasang beberapa banner atau alat peraga di titik-titik strategis jauh hari sebelum kegiatan digelar.

"Kami memang siapkan beragam agenda untuk menyemarakkan harlah NU sekaligus Lesbumi NU dari bakti sosial hingga ghedabrust budaya," ujarnya, Senin (26/3).

Sebagai budayawan, Fathur menyinggung terkait tradisi yang harus dibudidayakan dan dikembangkan ala NU. 

Menurut dia, sejumlah tradisi dapat dinilai baik dan perlu dikembangkan ketika berjalan sesuai dengan pola pikir NU, yakni tidak pernah mengesampingkan sisi kemoderatan, keadilan, keseimbangan, serta sisi toleransi yang kemudian didukung dengan cara berpikir secara metodologis.

"Di masa sekarang ini, tradisi yang populer di kalangan Nahdliyin harus pula dikuatkan dengan tradisi cara berpikirnya. Cara berpikir NU itu ditandai dengan fikrah nahdliyah, di antaranya adalah berpikir moderat, dan berfikir secara metodologis," jelasnya.

Sehingga lanjut dia, apabila seseorang mengikuti tradisi tersebut, tetap terarah dan sesuai dengan norma agama. Terlebih, agama juga telah mengatur terhadap keberadaan tradisi yang mesti dikembangkan oleh elemen masyarakat. 

"Bertradisi dan bertindak itu harus pakai kaidah. Dalam berkeagamaan maka kaidah yang telah diletakkan para ulama yang harus dijadikan pegangan," tuturnya.

Sekelumit pandangan terkait tradisi atau budaya di atas, menurutnya juga termasuk bagian dari kegiatan harlah NU dan Lesbumi yang diwujudkan dengan ghedabrust budaya dengan konsep dialog pada Ahad (24/3) lalu di aula kantor MWCNU Jomkot. Beberapa narasumber berkompeten juga dihadirkan pada kesempatan itu untuk membicarakan soal budaya yang ada selama ini.

Ghedabrust sendiri adalah suatu istilah yang disepakati panitia khusus untuk mendiskusikan tentang budaya, adapun maknanya semacam omong kosong.

"Ngghedabrust itu semacam omong kosong. Nah, yang penting bagaimana mengisi yang kosong itu dengan yang  bermanfaat," tuturnya. (Syamsul Arifin/Muiz)