Daerah

Buka Puasa ala Pesantren di Kampung Ramadhan

Rab, 7 Juni 2017 | 08:45 WIB

Jember, NU Online
Banyak cara bisa dilakukan untuk menghidupkan Ramadhan, seperti yang dilakukan oleh Takmir Masjid Al Ghofilin di Kelurahan Jember Kidul, Kecamatan Kaliwates dengan menggelar Kampung Ramadhan. 

"Menghidupkan Ramadhan adalah perintah agama supaya tidak sama dengan bulan-bulan yang lain," terang Baiquni Purnomo, ketua panitia, Selasa (6/06).

Pria yang akrab dipanggil Gus Baiqun ini menyampaikan Kampung Ramadhan bertujuan untuk membangun ukhuwah islamiyah. 

Upaya untuk membangun ukhuwah islamiyah itu ditunjukkan dengan makan buka puasa ala pesantren. 

Jamaah disediakan makanan di atas plastik panjang. Tanpa piring ataupun bungkus. Satu menu untuk dimakan dua orang, yang duduk berhadap-hadapan. Mereka pun makan tanpa sendok. 

Gus Baiqun menjelaskan, kegiatan Kampung Ramadhan menjelang buka puasa dimulai dengan shalat Ashar berjamaah. Dilanjutkan dengan tadarus anak-anak sampai pukul 16.00. 

Setelah itu diisi dengan kajian Islam. Jamaah bisa bertanya dalam sesi tanya jawab. Jamaah yang hadir berasal dari lingkungan sekitar dan warga di luar Lingkungan Panili. 

Kajian berlangsung sampai pukul 17.00, dilanjutkan dengan shalawat yang diiringi musik patrol khas Jember sampai dikumandangkan adzan maghrib. 

Setelah shalat tarawih, kegiatan dilanjutkan dengan pasar murah yang menyediakan sembako. 

"Ini bertujuan untuk membantu masyarakat di tengah tengah harga kebutuhan pokok mahal. Kita jual rugi," ujarnya Gus Baiqun. 

Tujuannya, minimal masyarakat sekitar Kampung Ramadhan tercukupi kebutuhan sembakonya selama Ramadhan. 

Salah seorang jamaah yang juga Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember Siswoyo Sukarno menyatakan Kampung Ramadhan ini spektakuler. 

"Di Kampung Ramadhan ini saya bisa melihat semua orang sama. Tidak ada itu pejabat atau bukan pejabat, rakyat kecil atau rakyat kaya. Semua sama," ujarnya. 

Terkait makan bersama orang lain, Siswoyo mengakui terdapat kenikmatan tersendiri. "Kalau tidak terbiasa akan merasa makan dari bekas tangan siapa itu," tuturnya sambil tersenyum. Ia mengaku pernah makan seperti itu saat menempuh pendidikan di luar negeri. Red: Mukafi NiamÂ