Daerah

Cakap Bahasa Mandarin, Santri Nuris Raih Beasiswa Kuliah di Tiongkok

NU Online  ·  Selasa, 28 Mei 2019 | 22:00 WIB

Jember, NU Online
Jika selama ini pondok pesantren hanya diasumsikan sebagai  lembaga pendidikan yang identik dengan bahasa Arab, itu salah besar. Pondok pesantren dewasa ini sudah jauh berkembang  seiring dengan kemajuan zaman. Kitab kuning pasti, tapi pelajaran bidang eksak, bahkan bahasa asing (selain bahasa Arab) juga dikembangkan.

Paling tidak, itulah yang terjadi di Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris), Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Jember Jawa Timur. Hal tersebut dibuktikan dengan prestasi yang diraih Alief Salsabila. Tahun ini, alumnus SMA Nuris Jember (2019), tersebut merengkuh beasiswa dari Huaqiao University,   Xiamen, Tiongkok untuk menempuh program studi pendidikan bahasa Mandarin di universitas tersebut.

“Alhamdulillah, saya lolos seleksi dan dapat beasiswa untuk kuliah di situ (Tiongkok). Ini berkat doa dan dukungan guru, pengasuh dan teman-teman,” ucapnya kepada NU Online di Nuris, Jember, selasa (28/5).

Alief memang penyuka bahasa Mandarin. Selain belajar bahasa Mandarin di sekolah, ia juga memperdalam bahasa negara tirai bambu itu melaui les dan sebagainya. Pesantren Nuris pun tidak tinggal diam.  Melalui Seksi Penjamin Mutu, kemampuan Alief dalam bercakap dan menulis dengan bahasa Mandarin, terus digodok.

Saat ini, Chaca, sapaan akrabnya, mengaku sedang meningkatkan kemampuan berbahasa Mandarin, baik melalui les maupun belajar otodidak lewet internet. Gadis penyuka olah raga pencak silat ini bertekad untuk  meraih sukses di negeri rantau. Apalagi tidak sedikit  alumni Nuris yang berhasil mengharumkan nama bangsa Indonesia di manca negara.

“Kalau mereka bisa, kenapa saya tidak. Saya pasti bisa,” tegasnya.

Dara kelahiran Jember 27 Desember 2000 tersebut, mendambakan sukses demi membahagiakan orang tua dan almamaternya (Nuris). Diakatakannya, kuliah di China bukan sekedar mengejar beasiswa, tapi juga momentum untuk memperluas relasi  dan menambah cakrawala pengetahuan sekaligus  pengalaman.

“Apalagi China sebagai negara dengan kemajuan ekonomi yang digdaya, bahkan Rasulullah SAW juga mengimbau agar umat Islam menuntut ilmu sampai ke negeri China. Bismillah bisa, saya ingin jadi duta besar,” pungkasnya. (Aryudi AR).