Daerah

Cara MTs NU Husnaba Tegal Terapkan Pendidikan Pesantren

Sen, 1 Maret 2021 | 02:15 WIB

Cara MTs NU Husnaba Tegal Terapkan Pendidikan Pesantren

Pengajian dalam rangkaian Harlah ke-98 NU di MTs Husnaba Kedungbanteng, Tegal, Jawa Tengah, Ahad (28/2). (Foto: istimewa)

Tegal, NU Online
Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama Husnaba Kedungbanteng Tegal perlu menerapkan pola-didik kepesantrenan. Hal ini merupakan tanda tabarrukan sekaligus meneladani para muassis NU yang mengaji ilmu-ilmu keagamaan secara mendalam melalui kitab kuning. 


Rais Syuriyah MWCNU Kedungbanteng Tegal, Kiai Somadi, mengatakan hal itu saat pengajian dalam rangkaian peringatan hari lahir ke-98 NU versi Hijriah, Ahad (28/2). "Pola kepesantrenan paling aplikatif untuk mendidik karakter siswa atau santri," kata Kiai Somadi pada acara yang berlangsung di MTs NU Husnaba Kedungbanteng, Tegal.

 

Atas dasar itu jugalah, kemudian pihak MTs Husnaba melakukan terobosan dengan membuka Majelis Taklim An-Nahdlah yang fokus kajiannya adalah kitab kuning. Diharapkan kajian kitab kuning ini menjadi tangga bagi kesiapan lembaga untuk menerapkan pola kepesantrenan. 

 

Selain itu, diharapkan dari kajian ini muncul kader-kader yang dapat diamanati untuk menerima pelimpahan dari Yayasan menjadi BPPMNU (Badan Pelaksana Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama).

 

Wakil Sekretaris LTM PBNU, Ali Sobirin, mengatakan kader yang diharapkan oleh MTs Husnaba adalah kader penggerak yang sudah selesai dengan ego dan kepentingan dirinya. "Yaitu, kader yang mampu bergerak secara ikhlas, entengan, dan fokus pada kerja memberi solusi dari apa yang dibutuhkan baik untuk kelangsungan madrasah maupun kebutuhan masyarakat secara umum," kata Ali Sobirin dalam rilis yang diterima NU Online.


Ia juga menegaskan bahwa NU ke depan, agar bergerak lebih cepat dan maju, memerlukan kader penggerak yang partisipatif. "Apa yang bisa saya bantu? Saya membantu bagian apa? Dan kader yang siap melaksanakan tugas, saya akan melakukan yang terbaik dari apa yang saya bisa," imbuhnya mengajak kader NU merenung.

 

Kader NU ke depan juga harus fokus pada prinsip kerja al-harakatu barakah. Bahwa, dengan bergerak maka akan mendapatkan keberkahan. Bahwa, keberkahan hanya bisa diperoleh setelah bergerak. Menurutnya terkait dengan sisi-sisi yang masih dianggap kurang, hanya bisa diketahui setelah bergerak. Adanya kekurangan dapat terus diperbaiki sambil berjalan.


"Inilah yang ditanamkan oleh al-mukarram Romo Kiai Abdul Manan kepada segenap pengurus LTM PBNU. Dan, saya kebagian berkahnya. Ya setelah bergerak itu," kata Ali Sobirin.

 

Pengajian tersebut sekaligus pembukaan pengajian kitab kuning Majelis Taklim An-Nahdlah. Ali mengatakan bersyukur, karena pembukaan tersebut bersamaan dengan hari istimewa, yaitu perayaan Hari Lahir ke-98 NU. "Mudah-mudahan ini menjadi keberkahan tersendiri bagi pergerakan NU di Kedungbanteng dan kemajuan MTs NU Husnaba," ujarnya.

 

Pengajian kitab kuning diagendakan dilaksanakan setiap Ahad siang diisi oleh para kiai muda Kedungbanteng secara bergiliran. Kiai Ali Sodikin membawakan Kitab Arba'in Nawawi, Kiai Mohamad Yaskur membawakan Kitab Fathul Qorib dan Fathul Majid, Kiai Muslih membawakan Kitab Tanbihul Ghafilin, dan Kitab Tafsir Munir dibawakan oleh Kiai Ahmad Musthofa Al-Hafidz yang menjadi pengisi pada hari pertama.


Peringatan Harlah ke-98 NU sekaligus Pembukaan Kajian Kitab Kuning Majlis Taklim An-Nahdlah MTs NU Husnaba dihadiri oleh para ustadz dari masjid-masjid se-Kedungbanteng dan Suradadi, Dewan Guru,  Wali murid dan Alumni MTs NU Husnaba, IPPNU Ranting Kebandingan Kedungbanteng Tegal. 


Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Musthofa Asrori