Daerah

Cerdas Bermedsos Menurut Ketua Yayasan Bahrul Ulum Jombang

NU Online  ·  Selasa, 20 Maret 2018 | 01:30 WIB

Jombang, NU Online
Tersebarnya informasi palsu atau hoaks tidak menutup kemungkinan juga akan menyasar kalangan pesantren atau santri. Karenanya, pesantren hendaknya juga berperan aktif untuk mengantisipasinya dengan melakukan sosialisasi serta memberikan kajian khusus terkait sikap bijak bermedia sosial (medsos). 

Hal ini sebagaimana disampaikan Ketua Yayasan Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, Kiai M Wafiyul Ahdi, Selasa (20/3). Menurutnya, selama ini objek berita hoaks lebih pada politisisasi agama, serta ajaran agama yang cenderung radikal. Dua objek yang sekaligus menjadi isu besar penyebaran hoaks tersebut dipoles sedemikian rupa dengan penyusunan redaksi yang bombastis.

Namun, lanjutnya, para penyebar hoaks masih ada potensi untuk memperluas sasaran atau objek hoaks tersebut pada situasi-situasi tertentu sesuai misinya. Termasuk pesantren dan santri. 

"Kita juga harus mensosialisasikan kepada para santri agar ketika berinteraksi dengan dunia digital atau dunia maya harus punya cara berpikir untuk menyaring informasi yang ditangkap," katanya.

Kiai muda yang lebih akrab disapa Gus Wafi ini menyebutkan bahwa pada perkembangan dunia digital, pesantren tak boleh menutup diri, melainkan juga harus mengambil peran penting untuk menyikapinya. “Di antara yang dapat dilakukan adalah memberikan pemahaman khusus kepada para santri terkait bagaimana cara berinteraksi yang baik di medsos,” katanya.

"Anak-anak (santri) itu diajari bagaimana cara berinteraksi dengan medsos. Sehingga ketika bersahabat dengan medsos, tidak menjadi korban," jelasnya.

Di samping itu, Pengasuh Pesantren An-Najiyah Tambakberas ini memaparkan, penting pula kecenderungan pada dua isu penyebaran hoaks tersebut menjadi konsentrasi pesantren dan santri. Sehingga pesantren ataupun santri dapat memahami dengan benar terhadap adanya misi di balik dua isu itu disebar. Pada perkembangannya, pesantren dan sejumlah komponen di dalamnya tidak mudah terpengaruh.

"Isu politisisasi agama dan ajaran radikal perlu juga disampaikan dan dipahamkan kepada anak-anak. Memang potensi sangat rawan terjadi ke santri jika mereka tidak dipahamkan," ungkapnya. (Syamsul Arifin/Ibnu Nawawi)