Daerah

Cetak Santri Penulis, Nuris Terbitkan 7 Buku Sastra

Rab, 12 Juni 2019 | 09:00 WIB

Jember, NU Online
Bakat santri di bidang tulis-menulis, sesungguhnya cukup besar. Banyak santri yang mempuyai potensi menulis, namun belum tergali secara maksimal, sehingga perkembangan dunia ‘kekaryaan’ santri seolah bejalan di tempat. Padahal karya tulis santri dengan sentuhan spirit keagamaan yang dalam, diharapkan menjadi  altenatif bacaan di  tengah globalisasi literasi  yang kering dari sentuhan agama.

“Walaupun sejumlah penulis berlatar belakang santri sudah muncul, tapi masih jauh dari ideal jka dibandingkan dengan penulis umum,” tukas Pengasuh Pondok Pesantren Nuris, Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Jember Jawa Timur, Gus Robith Qashidi kepada NU Online di kediamannya, Senin (10/6).

Merasa miris dengan kenyataan itu, Gus Robith mengaku akan terus berusaha mendorong lahirnya bibit-bibit penulis dari kalangan santri, khususnya anak didiknya. Pemunculan bibit-bibit penulis tersebut, digodog melalui Kasi Penjami Mutu Siswa Yayasan Nurul Islam Jember.

“Kasi Penjamin Mutu Siswa adalah sebuah lembaga yang menangani santri-santri berbakat sesuai bidangnya. Di situ diintensifkan pembinaannya melalui mentor-mentor berpengalaman. Salah satunya bidang karya tulis ilmiah,” jelasnya.

Dengan penanganan seperti itu, tak heran jika santri Nuris kerap menyabet juara di berbagai lomba karya tulis ilmiah dan lomba lainnya, baik tingkat regional maupun nasional.  Namun yang membanggakan, lanjut Gus Robith, sepanjang tahun 2018-2019, siswa-siswi SMA Nuris telah melahirkan tujuh buku sastra dengan barbagai tema, mulai dari kumpulan cerpen, hingga novel.

“Tulisannya standar, kita seleksi dan kita teliti baik dari sisi bahasa maupun konten baru kami cetak. Kami juga beri ISBN (International Standart Book Number) buku-buku itu,” lanjutnya.

Alumnus Universitas  Al-Azhar Cairo, Mesir itu menambahkan, penerbitan ketujuh buku itu salah satunya tujuannya adalah utuk memancing ghirah santri lain untuk berprestasi, khususnya di bidang karya tulis.

“Saya punya cita-cita agar kedepan lahir santri-santri penulis. Dan yang ada saat ini, biarlah mereka berproses sendiri saat mengijakkan kakinya di perguruan tinggi. Paling tidak kami sudah menyiapkan bibitnya,” jelas Gus Robith.

Adapun ketujuh buku tersebut judulnya adalah Lemari Pengucap, Perasaanku Tumpah, Melukis Cinta di Atas Asa, Setegar Karang Membelah Ombak, Sepucuk Surat Surga, Pelukis Langit Penabur Cahaya, dan Ayat-Ayat Perindu. Dari tujuh buku sastra tersebut, terdapat lima buku yang sudah cetakan kedua dan dua buku lainnya merupakan cetakan pertama yaitu Lemari Pengucap dan Ayat-Ayat Perindu. (Aryudi AR).