Daerah TERAPI TUNARUNGU

Diminta Tutup Dinkes, Pasien Malah Berdatangan dari Mancanegara

NU Online  ·  Rabu, 13 Agustus 2014 | 14:23 WIB

Jombang, NU Online
Pengobatan tunarungu yang dilakukan Masudin warga Dusun Ketanen, Desa Banyuarang, Kecamatan Ngoro, Jombang menjadi pilihan masyarakat. Pengobatan dengan metode membuka syaraf telinga yang sempat diminta tutup Dinas Kesehatan ini bahkan kini dikenal di berbagai negara.
<>
Selasa (12/8) sore misalnya, satu keluarga asal Riyadh Saudi Arabia datang di Desa Banyuarang Ngoro. Keluarga Ibrahim Abdullah (48) yang mengalami gangguan pendengaran mendapat pengobatan pakar terapi syaraf ini. ”Ada tiga anaknya yang diminta untuk diterapi, ketiga anak ini berusia antara 5 hingga 15 tahun,” ujar Masudin mengatakan, tidak hnya Riyadh juga Dubai dan Qatar ada yang menjadi pasiennya.

Ibrahim Abdullah melalui pembantunya Samti (42) mengatakan pihaknya mengetahui pengobatan dengan metode membuka syaraf telinga ini setelah melihat dari internet. “Saat kita tunjukkan ada penyembuhan tanpa operasi di Indonesia, beliau berminat, dan kita sudah daftar sejak 5 bulan lalu,” ujar perempuan asal Sragen Jawa Tengah ini menuturkan.

Samti mengatakan, sebenarnya di Riyadh, warganya yang ingin berobat mendapat fasilitas negara. Seluruh biaya saat berobat di rumah sakit dibiayai negera.”Namun karena keluarga Ibrahim takut ada efek jika ketiga anaknya dioperasi, maka tidak berkenan dioperasi,” imbuh perempuan yang sudah 15 tahun menjadi TKW ini menuturkan.

Tiga anak Ibrahim yakni Abdullah Ibrahim (15), Yazid ibrahim (13), dan Muhammad Ibrahim (5) yang sudah memakai alat bantu pendengaran ini kemudian mendapatkan terapi dari Masudin. Beberapa syaraf telinga  satu per satu “dibuka” dengan pemijitan atau totok setelah alat bantu pendengaran dilepas.

Usai diterapi, kemudian, ketiganya dikenalkan dengan suara untuk melatih pendengaran. “Setelah dibuka syarafnya, mulai hari ini tidak boleh lagi menggunakan alat bantu pendengaran. Dan harus dikenalkan suara-suara,” ujar Masudin seraya memanggil satu per satu nama nama pasiennya dari jarak dekat.

Tidak hanya itu, untuk membuktikan syaraf telinga sudah terbuka, keluarga Ibrahim langsung dipersilakan memanggil nama nama anakya dengan jarak yang ditentukan. Mulai satu meter bahkan hingga 15 meter. ”Abud, Abud, …..Alhamdulillah, mereka sudah mendengar, semoga bisa kembali pendengarannya,” ungkap keluarga Ibrahim terlihat ceria.

Sementara itu, Masudin mengatakan, untuk bisa kembali normal pendengaran para pasiennya, dibutuhkan beberapa terapi. Dikatakannya, untuk kasus keluarga Ibrahim ini misalnya bisa 5 sampai 9 terapi. ”Dibutuhkan sekitar 1 tahun, bisa normal kembali seperti kita semua. Karena mereka harus dikenalkan suara dan juga diajari untuk menengal suara tersebut,” tandas penerima penghargaan MURI (Museum Rekor Indonesia) kategori pengobatan tercepat, ini mengatakan.


Sekadar diketahui, Masudin menekuni pengobatan atau penyembuhan tunarungu dengan membuka syaraf telinga bukan dengan mudah. Dirinya belajar penyembuhan ini dari seorang professor syaraf asal Malaysia. Bahkan saat mulai menerapkan pengobatan di masyakarat sebelumnya banyak mendapat cibiran.

Ia sempat dikatakan sebagai dukun dan bahkan diminta tutup oleh Dinas Kesehatan. Namun setelah dibuktikan dengan banyaknya pasien yang sembuh dan datang dari berbagai daerah di seluruh Indonesia bahkan mancanegara, praktek pengobatannya kian ramai dan diakui masyarakat. (Muslim Abdurrahman/Abdullah Alawi)

TERAPI TUNARUNGU

Diminta Tutup Dinkes, Terbukti Sembuh Pasien Berdatangan dari Mancanegara

Jombang, NU Online

Pengobatan Tunarungu yang dilakukan Masudin warga Dusun Ketanen, Desa Banyuarang, Kecamatan Ngoro, Jombang menjadi pilihan masyakat banyak. Pengobatan dengan metode membuka syaraf telinga yang sempat diminta tutup Dinas Kesehatan ini bahkan kini di kenal di berbagai negara termasuk warga Timur Tengah.

 

Selasa (12/8) sore kemarin misalnya, satu keluarga asal Riyadh Saudi Arabia datang di Desa Banyuarang Ngoro. Keluarga Ibrahim Abdullah (48) yang mengalami gangguan pendengaran mendapat pengobatan pakar terapi syaraf ini.” Ada tiga anaknya yang diminta untuk diterapi, ketiga anak ini berusia antara 5 hingga 15 tahun,” ujar Masudin mengatakan, tidak hnya Riyadh juga Dubai dan Qatar ada yang menjadi pasiennya.

 

Ibrahim Abdullah melalui pembantunya Samti (42) mengatakan pihaknya mengetahui pengobatan dengan metode membuka syaraf telinga ini setelah melihat dari internet. “Saat kita tunjukkan ada penyembuhan tanpa operasi di Indonesia, beliau berminat, dan kita sudah daftar sejak 5 bulan lalu,” ujar perempuan asal Sragen Jawa Tengah ini menuturkan.

 

Samti mengatakan, sebenarnya di Riyadh, warganya yang ingin berobat mendapat fasilitas negara. Seluruh biaya saat berobat di rumah sakit dibiayai negera.”Namun karena keluarga Ibrahim takut ada efek jika ketiga anaknya dioperasi, maka tidak berkenan dioperasi,” imbuh perempuan yang sudah 15 tahun menjadi TKW ini menuturkan.

 

Tiga anak Ibrahim yakni Abdullah Ibrahim (15), Yazid ibrahim (13), dan Muhammad Ibrahim (5) yang sudah memakai alat bantu pendengaran ini kemudian mendapatkan terapi dari Masudin. Beberapa syaraf telinga  satu per satu “dibuka” dengan pemijitan atau totok setelah alat bantu pendengaran dilepas.

 

Usai diterapi, kemudian, ketiganya dikenalkan dengan suara untuk melatih pendengaran. “Setelah dibuka syarafnya, mulai hari ini tidak boleh lagi menggunakan alat bantu pendengaran. Dan harus dikenalkan suara-suara,” ujar Masudin seraya memanggil satu per satu nama nama pasiennya dari jarak dekat.

 

Tidak hanya itu, untuk membuktikan syaraf telinga sudah terbuka, keluarga Ibrahim langsung dipersilakan memanggil nama nama anakya dengan jarak yang ditentukan. Mulai satu meter bahkan hingga 15 meter. ”Abud, Abud, …..Alhamdulillah, mereka sudah mendengar,  semoga bisa kembali pendengarannya,” ungkap keluarga Ibrahim terlihat ceria.

 

Sementara itu, Masudin mengatakan, untuk bisa kembali normal pendengaran para pasiennya, dibutuhkan beberapa terapi. Dikatakannya, untuk kasus keluarga Ibrahim ini misalnya bisa 5 sampai 9 terapi. ”Dibutuhkan sekitar 1 tahun, bisa normal kembali seperti kita semua. Karena mereka harus dikenalkan suara dan juga diajari untuk menengal suara tersebut,” tandas penerima penghargaan MURI (Museum Rekor Indonesia) kategori pengobatan tercepat, ini mengatakan.

 

 

Sekadar diketahui, Masudin menekuni pengobatan atau penyembuhan tunarungu dengan membuka syaraf telinga bukan dengan mudah. Dirinya belajar penyembuhan ini dari seorang professor syaraf asal Malaysia. Bahkan saat mulai menerapkan pengobatan di masyakarat sebelumnya banyak mendapat cibiran.

 

Ia sempat dikatakan sebagai dukun dan bahkan diminta tutup oleh Dinas Kesehatan. Namun setelah dibuktikan dengan banyaknya pasien yang sembuh dan datang dari berbagai daerah di seluruh Indonesia bahkan mancanegara, praktek pengobatannya kian ramai dan diakui masyarakat. (Muslim Abdurrahman/Abdullah Alawi)