Daerah

Diskusi Demokrasi Iringi Pelantikan Pengurus PMII Purworejo

NU Online  ·  Senin, 25 November 2013 | 04:02 WIB

Purworejo, NU Online
Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, secara resmi dikukuhkan di Ballroom Sanjaya Inn Hotel Purworejo, Ahad (24/11). Sedikitnya 23 kader PMII dilantik menjadi pengurus cabang untuk masa khidmat 2013-2014.
<>
Acara pelantikan dirangkai dengan seminar bertajuk “Reorientasi Peran Mahasiswa dalam Sistem Demokrasi di Indonesia”. Hadir dalam perhelatan kali ini Ketua Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Jawa Tengah Muhammad Zuyyina Laili Jawa Tengah, Wakil Ketua DPRD M Abdullah, KH Khundari dari Mabincab PMII Purworejo, Polres, Koramil, pengurus NU setempat, elemen organisasi mahasiswa, serta ratusan kader PMII.

Ketua panitia Muhammad Hamzah mengatakan, dalam pelantikan tersebut, Lukman Hakim dilantik menjadi Ketua PMII Purworejo periode 2013-2014 menggantikan Saiful Anwar, ketua periode sebelumnya.

“Dalam kegiatan ini, kita bekerjasama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Purworejo. KPU menyisipkan materi  tentang sosialisasi Pemilu Legislatif dan Presiden 2014 mendatang,” terang Hamzah saat ditemui disela-sela kegiatan.

H Muslihin Madiani, salah satu narasumber seminar yang juga mantan Ketua KPU Purworejo,  menyayangkan kedaulatan Indonesia yang ia nilai sudah tidak dirasakan kehadirannya dan kehidupan sehari-hari.

“Mulai dari fashion, makanan, alat telekomunikasi, kendaraan hingga apapun kita sudah tidak lagi berdaulat. Di Negeri kita sendiri, kita menjadi budak bagi asing,” ujarnya.

Lebih lanjut Muslikhin mencontohkan, sebuah pabrik air minum kemasan yang cukup terkenal di Indonesia. Air diambil dari bumi Indonesia, dikemas oleh orang Indonesia, dibeli oleh orang Indonesia, namun yang menikmati laba dan keuntungan dari produksi ini justru orang-orang asing.

Sementara itu, Purnomosidi selaku komisioner KPU Bidang Sosialisasi dalam paparannya juga menegaskan,  kader PMII ini merupakan generasi muda potensial untuk dididik agar menjadi manusia yang tidak apolitik.

“Kondisi saat ini cukup memprihatinkan karena kecenderungan mahasiswa hari ini udah mulai ogah-ogahan berdiskusi politik  atau belajar tentang politik. Padahal setiap hari, tanpa disadari kita tidak bisa lepas dari politik,” tandasnya.

Purnomosidi menambahkan, saat ini percepatan globalisasi semakin menggila dari waktu ke waktu. Meskipun begitu, seolah kita terlena dengan keterpurukan ini dan justru menikmatinya. Globalisasi berjalan sangat cepat, sementara masyarakat Indonesia terseok-seok mengimbanginya.

“Ini sangat memprihatinkan. Maka membaca dan diskusi menjadi cukup urgen ketika kita mengaku sebagai aktivis mahasiswa. Untuk itu, penguasaan pengetahuan menjadi kebutuhan yang cukup mendesak untuk terus digalakkan dan didorong karena abad mendatang, pemenang pertarungan dilevel manapun yang menang adalah power of knowledge,” tandasnya. (Hakim/Mahbib)