Surabaya, NU Online
Bagi KH Ma’ruf Khozin, kaum Muslimin hendaknya memiliki dorongan yang kuat ketika melukan ziarah kubur. Bukan semata mengikuti tren atau kegandrungan di masyarakat, namun ada landasan kuat yang mengiringi.
“Menurut Imam As-Subkti, ziaran kubur ada empat macam,” kata Ketua Pengurus Wilayah Aswaja NU Center Jawa Timur ini, Senin (10/6).
Penegasan ini disampaikannya ketika melakukan ziarah ke pesarean atau makam para pendahulu Pondok Pesantren Ploso, Kediri, Jawa Timur.
“Kiai Nurul Huda Jazuli sering berkirim fatihah dan tawassul dengan menyebut di antara Mbah Kiai Yahuda di atas bukit Pacitan dan putranya, Mbah Kiai Mesir di Trenggalek,” ungkapnya.
Menurutnya, dari Mbah Kiai Yahuda inilah lahir beberapa kiai pesantren. Selain Pesantren Ploso, juga Pondok Pesantren Jampes Kediri, dengan sosok ulama yang popular bernama Syekh Ihsan Jampes yang tidak lain adalah pensyarah kitab Imam Ghazali bernama Siraj Ath-Thalibin.
Dalam pandangan KH Ma’ruf Khozin, kala ziaran ke makam hendaknya dilandasi sejumlah motivasi. Pertama adalah untuk sekadar melihat kubur. “Yakni agar ingat mati,” jelas alumni Pesantren Ploso tersebut.
Sedangkan yang kedua hendaknya ada motivasi untuk mendoakan ahli kubur. “Hal ini sebagaimana Nabi Muhmaad SAW yang juga pernah mendoakan untuk penghuni makam Baqi,” urainya. Jenis motivasi kedua ini dianjurkan untuk setiap mayit yang Muslim, lanjutnya.
Adapun motivasi mengapa melakukan ziarah kubur untuk mencari berkah dari Allah.
Kia Ma’ruf Khozin tidak menampik kalau ada pandangan dari Assarmasaji dari kalangan Madzhab Maliki yang mengatakan bid’ah jika melakukan ziarah kubur ke selain makam para Nabi. “Namun pendapat ini perlu ditinjau ulang,” sergahnya.
Sedangkan motivasi keempat ziarah karena ada ikatan seperti keluarga dan sejenisnya.
Mengutip pandangan dari kitab Faidl Al-Qadir, bahwa Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata ulama beda pendapat dalam hal melakukan perjalanan ke selain Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha, seperti ziarah ke ulama baik yang hidup atau sudah wafat, dan ke tempat utama dengan tujuan mencari berkah dari Allah serta shalat di tempat tersebut
“Pendapat yang sahih menurut Imam Haramain dan ulama lain dari madzhab Syafi'I, hal tersebut adalah tidak haram,” tegasnya.
Sedangkan dalam kitab Fathul Bari syarah Sahih al-Bukhari disebutkan bahwa ziarah dengan tujuan tabarruk ini memang dulunya ada sebagian yang menghukumi haram. Namun saat ini lebih parah ada yang menghukumi syirik.
"Benarkah demikian? Tidak benar. Sebab kami meyakini semua keberkahan adalah dari Allah,” pungkasnya sembari mengutip hadits riwayat Imam Bukhari. (Ibnu Nawawi)