Daerah

Film Sang Kiai Pelurusan Sejarah

Rab, 19 Juni 2013 | 07:00 WIB

Purwokerto, NU Online
Film Sang Kiai yang menceritakan perjuangan pendiri NU KH Hasyim Asy’ari menjadi pelurusan atas penulisan sejarah yang diduga mencoba menghilangkan peran para ulama dalam mengusir penjajah dari bumi Nusantara.
<>
Hal itu dikatakan oleh para penonton Rajawali Theatre Purwokerto usai menyaksikan pemutaran film Sang Kiai baru-baru ini. 

Menurut salah seorang penonton H Musadad Bikri Nur setidaknya dengan menyaksikan film Sang Kiai terkuak bahwa banyak santri yang terjun ke medan perang bersama para kiai.

“Nah tidak dimengerti mengapa KH Hasyim Asy’ari diangkat menjadi pahlawan namun dalam cerita sejarah sama sekali tidak pernah disinggung soal perjuangannya. Apa ini ada kesengajaan untuk membelokkan sejarah,” kata dia.

Mantan anggota DPRD Banyumas asal PKB ini mengatakan jika film Sang Kiai menjadi salah satu media untuk belajar sejarah. Salah satunya dari film Sang Kiai itu menjadi tahu siapa yang membunuh Jendral Mallaby ternyata santri Tebuireng.

“Dalam sejarah kan hanya disebutkan jendral Mallaby tewas oleh arek-arek Surabaya tetapi tidak pernah menyebutkan peran santri pada saat itu jadi ini seperti sudah diluruskan,” ujar dia.

Hal yang sama dikatakan oleh Kholid Masykur asal Cilacap yang mengatakan jika melihat dari perannya ternyata KH Hasyim Asy’ari lebih besar dari peran Bung Tomo namun dalam sejarah tidak pernah terungkap.

“Ini yang membuat mengapa film Sang Kiai perlu ditonton oleh generasi NU maupun anak bangsa agar sejarah tidak bisa dibelok-belokan lagi,” tandas dia.

Sementara itu Bambang Eko Suratmoko dan Sidi Mawardi yang menjadi pemprakarsa nonton bareng film Sang Kiai mengatakan ada semangat untuk menjadikan film Sang Kiai menjadi spirit perjuangan anak-anak muda sekarang ini.

“Sejak dulu itu anak muda ada yang berjuang dan ada juga yang suka hura-hura, nah potret anak-anak muda di pesantren bisa menjadi spirit seperti anak-anak muda dulu yang terjun ke medan perang untuk membela tanah airnya,” kata Sidi Mawardi.


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Daryanto