Daerah

Gerakan Radikalisme Intervensi Masjid dan Program Desa

Kam, 24 Desember 2015 | 11:01 WIB

Jombang, NU Online
Islam garis keras atau yang biasa disebut dengan gerakan Islam radikal sudah mulai masuk di berbagai tempat peribadatan mulai masjid dan musholla, mereka juga mengintervensi program-program desa. Kondisi demikian mengindikasikan warga nahdliyin untuk lebih waspada dan membentengi masyarakat sekitar.<>

Ahmad Samsul Rijal, Wakil Sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jombang menceritakan keberadaan kader-kader wahabi di Kecamatan Kesamben, Jombang. Beberapa pekan lalu mereka beraksi dengan memasukkan ajaran-ajarannya  pada setiap program desa terkait dan di sela-sela materi khutbah jum’at. 

“Ada teman dari daerah Kesamben menceritakan kepada saya, dia cerita tentang program wahabi akan menempatkan kader mereka di setiap desa melalui khutbah jum’at dan masuk kegiatan desa. Dan di kesamben pernah ada dua masjid yang tahu-tahu ada orang meminta jadwal khutbah Jum’at. Eh ternyata isinya membingungkan warga nahdliyin,” katanya kepada NU Online, Kamis (24/12).

Rijal, sapaan akrabnya mengajak kepada warga nahdliyin Jombang untuk lebih waspada dan memperhatikan warga asing yang datang ke berbagai desa di Jombang. Ia khawatir gerakan mereka sudah massif di daerah-daerah lain dan menguasai posisi terpenting di suatu desa. “Khawatir mereka sudah masuk pada lini-lini terpenting di desa-desa,” ujarnya.

Sementara M Muchlis Irawan, Sekretaris Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) NU Jombang dalam waktu yang sama menilai bahwa kondisi ekonomi warga masyarakat dan pendampingan pendidikan kepada takmir masjid sangat berpengaruh dalam perkembangan gerakan Islam radikalisme ini.

“Kita masih mengupayakan pendekatan ekonomi warga masyarakat nahdliyin, karena hal ini yang sangat pokok dalam perkembangan gerakan radikalisme. Tidak kalah penting juga Mendidik takmir masjid atau mushollah untuk lebih sensitif terhadap gerakan lain, melakukan monitoring yang ketat terhadap masjid dan musholla,” ujarnya.

Sekitar satu bulan yang lalu, lanjut dia, PCNU Jombang sudah menyosialisasikan program Badan Hukum Perkumpulan Nahdlatul Ulama (BHPNU) kepada lembaga-lembaga atau yayasan untuk berpartisipasi di dalamnya. Hal ini juga sebagai strategi awal untuk membentengi beberapa lembaga di Jombang, termasuk masjid dan sekolahan. 

“Strategi awal pengamanan masjid, mushollah melalui BHPNU sudah jalan sejak sekitar sat bulan yang lalu, dan harap didukung massif. Tak terlupakan pasukan penggerak melalui Pendidikan Kader Penggerak NU (PKPNU) sebegai penggerak, juga benteng perlawanan,” tandasnya. (Syamsul Arifin/Fathoni)