Daerah

GP Ansor Sidoarjo: Bukan Membubarkan Pengajian, Tapi Menolak Isi Ceramah

Sel, 7 Maret 2017 | 08:26 WIB

Sidoarjo, NU Online 
Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Sidoarjo meninta polisi untuk bertindak tegas kepada siapa saja yang menebar kebencian, berita hoax serta menyebarkan berita bohong. Pasalnya, yang menjadi korban bukan mahasiswa atau masyarakat awam, namun pejabat bisa juga menjadi korban berita tersebut.

"Kami berharap polisi bertindak tegas kepada siapa saja yang menyebarkan berita bohong, penebar kebencian dan hoax. Bayangkan, selevel pak Mahfud MD saja menjadi korban hoax, apalagi mahasiswa dan kita masyarakat awam," kata Rizza, Selasa (7/3).

Menurut Ketua GP Ansor Sidoarjo H Rizza Ali Faizin, jika seseorang membaca berita tanpa mengetahui duduk persoalan dan fakta yang ada, bisa saja orang tersebut akan menjadi korban berita hoax. Salah satunya Mahfud MD.

Riza mengungkapkan, pernyataan mantan Ketua MK Mahfud MD yang menyayangkan sikap GP Ansor dan Banser Sidoarjo saat menolak dai penceramah Khalid Basalamah di masjid Salahuddin Perumahan Puri Surya jaya Gedangan pada Sabtu (4/3) lalu, mungkin hanya mendengar atau membaca beberapa berita dari media online.

Pada berita online tersebut memberitakan kalau Ansor melakukan pembubaran. Padahal, Kapolresta Sidoarjo, Kombes Pol Muh Anwar Nasir sudah menegaskan, Ansor dan Banser Sidoarjo tidak melakukan pembubaran pengajian. Karena, saat Khalid Basalamah turun, pengajian terus berlangsung dan digantikan ustadz lain hingga selesai.

"Kami sangat menyayangkan peenyataan Pak Mahfud MD yang menyayangkan perjuangan kita sebelum ia mengetahui duduk persoalan dan fakta di lapangan. Seharusnya, sebelum berkomentar melakukan klarifikasi dan memastikan terlebih dahulu kejadian yang sebenarnya. Karena pernyataan Pak Mahfud MD melalui Twitter pribadinya tersebut dijadikan rujukan beberapa media massa, online yang selama ini mendiskreditkan Ansor, serta menyudutkan Ansor telah berlaku anarkhi dan tidak manusia kepada sesama Muslim," ujarnya.

Budaya literasi, membaca, menyaring dan memastikan terlebih dahulu kebenaran serta validitas kabar baik di media online, situs media massa sebelum ditanggapi atau menyebarkannya sangat perlu untuk diterapkan.

Mantan Sekretaris Ansor Sidoarjo itu berharap, ke depan masyarakat terutama para tokoh yang menjadi rujukan publik lebih berhati-hati dalam berkomentar, terutama di media sosial. Pasalnya, ada kemungkinan pernyataan tersebut dapat dijadikan alat untuk mendiskriditkan kelompok lain dan lebih parahnya kalau dijadikan alat untuk mengadu domba serta memecah persatuan.

"Kenapa kita harus menolak dan mewaspadai penceramah provokatif, karena hal ini akan mengganggu kondusifitas serta mengancam kerukunan umat beragama," pungkasnya. 

Sekadar diketahui, Mahfud MD mengomentari atas tindakan GP Ansor yang menolak isi ceramah Khalid Basalamah di Sidoarjo akhir pekan lalu. GP Ansor tidak melakukan pembubaran pengajian karena mana mungkin melakukan yang biasanya mereka lakukan juga.

Mahfud ngetwitt sebagai berikut: "Sy kira perlu dijerninhkan oleh NU atau GP Ansor. Jgn2 disusupi pemecahbelah. Mengapa membubarkan pengajian ttg akhlaq berkeluarga?" (Moh Kholidun/Abdullah Alawi)