Semarang, NU Online
Alumni Pendidikan Kader Dai (PKD) XIV Ittihadul Muballighin Jawa Tengah menyelenggarakan Selapanan Fida' Kubro dan Doa Arwah Jama di Mushala Al Qodar Sampangan, Semarang, Sabtu (27/10).
Ketua Alumni PKD XIV, Gus Maksum, mengatakan kegiatan selapanan ini diselenggarakan untuk memupuk persatuan dan persaudaraan para mubaligh, serta meneguhkan kembali peran mereka di masyarakat.
"Upaya untuk meneguhkan kembali peran mubaligh ataupun dai di masyarakat adalah sangat penting. Dakwah pada masa kini harus mencakup dakwah bil hikmah hasanah," ujar alumni Universitas Wahid Hasyim Semarang.
Gus Maksum menambahkan dai sebagai agent of change harus memiliki gerakan yang jelas, tidak saja menyangkut wawasan Islam yang utuh, tapi tentang problem sosial, ekonomi, politik, budaya dalam mengarahkan umat Islam kepada suatu tatanan yang lebih mapan.
Konsep dakwah yang ideal, kata dia, adalah dakwah yang tidak menyempitkan cakrawala umat dalam emosi keagamaan dan keterpencilan sosial. Seorang dai adalah pilot project (proyek percontohan) bagi masyarakat yang akan dinilai baik dalam perkataan maupun dalam akhlaknya.
Sementara itu, Bu Nyai Risda al Hafidzoh dalam mauidhoh hasanah-nya mengatakan bahwa Fida' Kubro adalah salah satu dzikir yang menurut hadist Rasul sebagai penebus seorang hamba dari api neraka.
"Sudah selayaknya seorang Muslim yang Mukmin melakukan dzikir Fida' Kubro untuk membentengi diri dari siksa api neraka," tambahnya.
Fida' Kubro sendiri menurut hadist Nabi adalah pembacaan surat al ikhlas sebanyak 100.000 kali. "Manfaat lain dari Fida' Kubro adalah untuk menterapi ruhaniyah seorang hamba. Karena sejatinya dengan berdzikir berarti kita sedang menterapi bathiniah kita," tambah Nyai Risda.
Acara diakhiri dengan pemberian kenang-kenangan dari alumni PKD XIV Ittihadul Muballighin kepada takmir dan jamaah Mushala al Qodar. (Red: Kendi Setiawan)