Daerah

Haul Jonggrangan, Tradisi Kenang Jasa Pendiri Kabupaten Batang

NU Online  ·  Jumat, 5 April 2019 | 06:50 WIB

Batang, NU Online
Dengan berpenampilan sarung batik, berpeci, dan berbaju koko putih seorang bocah berusia 9 tahunan berlari melewati kerumunan jamaah menuju ke arah panggung. Ia meraih tangan Wakil Bupati Kabupaten Batang, Suyono. Sejurus kemudian, Suyono pun meraih tangan si bocah sambil memberi selembar uang. Dengan perasaan senang, bocah itu lalu mencium tangan Suyono.

Potret di atas merupakan salah satu dari rangkaian peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW dan Haul Mbah KH Syamsudin dan KH Hasan Sulaiman di Makam Jonggrangan, Kademangan, Kauman, Batang, Jawa Tengah, Rabu kemarin.

"Ini sudah menjadi tradisi saya. Kalau tidak dilaksanakan maka seperti ada yang kurang," ungkap Suyono, usai menyantuni anak-anak yatim dalam rangkaian acara haul.

Acara rutin tahunan ini digelar oleh para keturunan KH Syamsudin dan KH Hasan Sulaiman. Hal ini dilakukan dalam rangka mengenang jasa leluhur dan para syuhada yang berjuang mendirikan Kabupaten Batang.

Rangkaian haul dimulai sejak hari Selasa (2/4) malam dengan agenda ziarah bersama di makam KH Syamsudin dan KH Hasan Sulaiman. Selain para keturunan dari kedua tokoh tersebut, acara ini juga dihadiri oleh tokoh kabupaten dan masyarakat Kademangan.

Selain itu, ada pula pembacaan Al-Qur'an 30 juz bilghoib oleh para tahfidzul qur'an. Sementara, untuk acara inti mauidlah hasanah disampaikan oleh KH Ade Fathurrahman, pengasuh Pondok Pesantren Al-Barkah, Kabupaten Subang, Jawa Barat. KH Syamsudin dan KH Hasan Sulaiman merupakan tokoh pendiri Kabupaten Batang yang makamnya terletak di Jalan Pemuda Kademangan, Kauman, Batang.

Area kompleks makam yang kecil ini memiliki arti tersendiri bagi para peziarah dan pengunjungnya. Karena keterbatasan tempat, para pengunjung pun membludak hingga ke jalan utama di Jalan Pemuda.

Terdapat empat makam utama di kompleks makam Jonggrangan, yakni makam Mbah Syamsudin beserta istrinya, Raden Purwakusuma atau Joyomenggolo Sepuh yang merupakan keturunan dari Tumenggung Djayengrana II dari Wiroto (Wiradesa), dan makam R Natakusuma atau Joyomenggolo Anom. Di bawah makam utama, terdapat makam para keturunan, termasuk KH Hasan Sulaiman.

Mereka semua termasuk pendiri Kabupaten Batang keturunan dari Tumenggung Djayengrana dari Wiradesa yang silsilahnya bersambung hingga ke Syeh Ahmad Rahmatillah atau dikenal dengan Sunan Sendang Duwur Lamongan di Paciran, Lamongan yang kemudian menetap di Kademangan, Kauman, Batang setelah berpindah dari Wiradesa sejak Djayengrana III pensiun dari Bupati Wiroto dan meneteap di Batang menjadi Demang.

Hal inilah yang menjadi latar belakang toponimi (nama tempat) dari Dukuh Kademangan. Makam Jonggrangan sendiri diambil dari kata Djayengranan, karena di situ tinggal para keturunan Djayengrana III.

Seiring zaman Djayengranan berubah menjadi "Jonggrangan" mengikuti dialek lokal. Setiap tahun masyarakat Kademangan, Kauman dan para keturunannya rutin mengadakan peringatan haul, tepatnya tanggal 27 Rajab. (Ahmad Rodif Hafidz/Jauhari Umar/Fathoni)