Daerah

Haul Tradisi Warga NU Sarat Berkat

NU Online  ·  Rabu, 22 November 2017 | 04:03 WIB

Probolinggo, NU Online
A’wan PWNU Jawa Timur H Hasan Aminuddin menyampaikan bahwa kegiatan haul yang sering dilakukan di tengah-tengah masyarakat merupakan budaya dan tradisi asli yang dilakukan warga NU. Inilah yang membedakan antara NU dan yang tidak NU.

Hal tersebut disampaikan H Hasan Aminuddin ketika menghadiri peringatan Haul Almarhum Al-Arief Billah Non Abdul Jalil Genggong di Pondok Pesantren Raudlatul Hasaniyah Desa Mojolegi Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo, Senin (20/11) siang.

“Hanya saja banyak sekarang tradisi dan budaya NU yang putus karena sudah tidak mampu mengikuti perkembangan zaman dan tergilas ikut perkembangan zaman karena salah bergaul. Hakikatnya kita meninggalkan urusan duniawi hadir di sini akan mendapatkan barokah asalkan yakin dengan hati yang tulus,” ungkapnya.

Menurut Hasan Aminuddin, Pondok Pesantren Raudlatul Hasaniyah ini istiqomah menggelar haul Non Abdul Jalil Genggong seperti ini. Inilah bukti nyata barokah Non Jalil. Sebab kalau cuma didongeng dan tidak ada bukti maka tidak akan nyata.

“Ini cerita fakta tentang barokah Non Abdul Jalil. Fakta itu benar-benar ada dan yang dihaul ini adalah kekasih Allah SWT,” jelasnya.

Hasan menegaskan bahwa merawat ayah dan ibunya supaya tersenyum bisa dihitung, apabila gurunya. Lalu mau mendapatkan barokah dari mana. Apalagi saat ini orang banyak yang durhaka kepada orang tuanya. Sudah banyak generasi saat ini sudah tidak memuliakan kedua orang tuanya.

“Marilah majelis haul ini kita jadikan introspeksi tentang akhlak kepada orang tua dan guru. Ini penting kepada anak yang ada di pondok pesantren karena sekarang zaman digital. Saat kita sudah dijauhkan dengan manusia melalui alat berupa handphone. Kalau dulu bisa tertawa bersama, sekarang malah tertawa sendirian melalui Handphone,” terangnya.

Lebih lanjut Hasan menawarkan solusi bagaimana menyelamatkan generasi muda agar menjadi generasi yang sholeh dan sholehah. “Setiap orang tua yang mempunyai anak umur SD kelas 6 perubahan akhlaknya berbeda dan coba bandingkan dengan orang tuanya,” katanya.

Hasan menerangkan bahwa agar orang tua merasa tenang maka setelah lulus SD atau MI masukkan anaknya ke pondok pesantren. “Memang awalnya berat jika harus berpisah dengan anak. Bahkan terkadang kita sampai menangis. Tetapi lebih baik menangis sekarang dari pada menangis nanti karena anak salah pergaulan,” pungkasnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Hasaniyah KH Muhammad Asy’ari Sholeh dalam sambutannya banyak menceritakan kisah kehidupan dan riwayat dari Non Abdul Jalil Genggong.

“Kita tidak bisa mencontoh apa yang sudah dilakukan oleh Non Abdul Jalil Genggong. Kalau lagi wiridan nyaris tidak bisa mendengar suaranya. Selain itu, kalau beribadah selalu dirahasiakan. Inilah yang kemudian membuat Non Abdul Jalil memperoleh kerahmatan yang luar biasa,” ungkapnya.

Haul Non Abdul Jalil Genggong yang istiqomah dilakukan setiap tahun ini diikuti oleh ratusan warga NU dan wali santri. Serta, santriwan dan santriwati Pondok Pesantren Raudlatul Hasaniyah. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)