Daerah

Heboh, VCD Gus Dur Dibaptis

Jum, 7 November 2003 | 11:45 WIB

Bondowoso, NU online.
Beredarnya VCD Gus Dur bersama ummat Kristiani dalam acara do’a bersama beberapa waktu lalu, membuat heboh dikalangan elit politik dan kaum awam Bondowoso. Pasalnya, VCD Gus Dur bersama umat Kristiani itu dijadikan martir politik oleh lawan-lawan politik Gus Dur bahwa ia pindah agama dan telah dibaptis oleh para pendeta.

Sebenarnya, isu Gus Dur dibaptis untuk skala nasional dan Jawa Timur sudah basi, tetapi untuk masyarakat Bondowoso yang dalam beberapa waktu terakhir ini, sering dikunjungi Gus Dur termasuk berita “anyar” dan sempat menghebohkan masyarakat Bondowoso yang mayoritas warga NU dan PKB.

<>

Tapi bagaimanakah sebenarnya isi dari VCD itu? Menurut, H. Zainuddin Ghazali, S.Ag. Sekretaris PCNU Bondowoso, yang menyempatkan untuk menonton isi VCD tersebut mengatakan, memang bila tidak diamati secara jelas tayangan tersebut, akan membuat orang percaya bahwa Gus Dur memang benar-benar dibaptis. Apalagi yang menonton adalah orang awam yang tidak mengerti tentang ritual baptis umat Kristiani. Masih ditambah oleh provokasi orang-orang yang tidak suka terhadap Gus Dur. “Tentu hal itu semakin membuat orang semakin yakin terhadap isu itu,” katanya.

Dalam VCD itu nampak Gus Dur berdiri diatas podium usai memberikan orasi sekitar upaya penolakan campur tangan negara dalam memasukkan pendidikan agama ke dalam rancangan UU Pendidikan Nasional yang sempat menimbulkan pro-kontra, sebelum di sahkan Dewan Perwakilan Rakyat. Kemudian Gus Dur dikelilingi beberapa pendeta, Romo dan Ibu Cyndi Charkate, seorang utusan khusus dari Amerika melakukan Do’a bersama yang dipimpin Pendeta Sudi Darma, yang tangannya diarahkan ke arah Gus Dur, diikuti ribuan pendeta, romo, jema’at Kristiani dengan diiringi ucapan “Semoga Allah Bapak yang bertahta di Sorga, Allah Abraham, Yacob, Ismail, Ishaq, memberkati Gus Dur……Haleluya….Amien…

Isi VCD itu ternyata tidak ada keterkaitan dengan “syarat-rukunnya”  baptis (tata cara memasuki agama Nasrani-red), yang biasanya kegiatan ritual khusus tersebut dilakukan di Altar Gereja, dimandikan, diganti nama, atau ditambah nama baptis. Hal itu diakui oleh Romo Fajar, seorang pendeta Katolik di Bondowoso. ketika ditanya komentarnya terhadap beredarnya isu Gus Dur dibaptis.

Romo Fajar mejelaskan bahwa pengertian Baptis itu ada dua yang pertama, Romo mencontohkan sunan Kali Jogo yang menyebarkan Islam dengan budaya, berarti Sunan Kali Jaga membaptis budaya untuk mengajak orang memahami ajaran Islam. ”Seperti orang NU yang mengadakan selamatan (kenduren-red), padahal dalam Islam sendiri hal itu tidak ada” katanya. Dan yang kedua menurutnya adalah Baptis Hakiki adalah dilakukan apabila ada seseorang ingin masuk Katolik. “Tetapi, ritual baptis itu tidak mudah,  harus melalui tahapan-tahapan” tambahnya.

Kemudian mengenai Isu Gus Dur di baptis, kembali Romo Fajar menjelaskan apa yang dilakukan oleh pendeta dan romo tersebut hanya menyembahyangkan dan mendo’akan keselamatan Gus Dur. ”Kalau dikatakan Gus Dur itu di baptis toh kenyataannya Gus Dur tidak pindah agama” ungkapnya tegas.

Sementara itu, menurut Pendeta Edi, dari Gereja Kristen Indonesia (GKI), ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pembabtisan, antara lain berusia paling tidak 15 tahun, telah menempuh Kitab Kesasi atau mempelajari tentang agama Kristen antara 9 – 12 bulan, kemudian juga harus mendapat penetapan Majelis Jema’at setelah mengikuti percakapan Gerejani yang diselenggarakan oleh Majelis Jema’at.

Secara prosedural yang harus dipenuhi dalam Pembaptisan, lanjut Pendeta Edy adalah Pertama, mengajukan permohonan tertulis, kedua, melakukan percakapan Gerejani yang meliputi; pokok-pokok iman kristiani, dasar dan motivasi, ditetapkan sebagai calon baptisan oleh Majelis Jema’at jika calon tersebut sudah dianggap layak untuk diterima, diwartakan selama tiga minggu berturut-turut untuk memberi kesempatan kepada anggota jema’at ikut mempertimbangkan dalam menetapkan sebagai calon Baptisan. “Jadi, tidak segampang dan sembarangan kesempatan Baptis itu diselenggarakan” kata pendeta yang aktif mengahdiri halaqoh yang diselenggarakan warga Nahdiyyin ini. Oleh karena itu dia menghimbau kepada masyarakat agar tidak menjadi resah dan gelisah, sebab isu tersebut potensial untuk ditunggangi para petualang politik untuk memecah belah umat beragama dan untuk mencapai tujuan politik.

Lantas bagaimanakanh sebenarnya orang non muslim mendo’akan orang muslim? Menurut KH. Muis Turmudzi, Ketua MUI Bondowoso, mengatakan bahwa tidak ada masalah orang non muslim mendo’akan orang muslim “Ya, silahkan saja tidak, apa-apa” tegas pengasuh PP Sayyid Al Maliki ketika ditanyai seputar masalah tersebut. Kemudian