Daerah

Idul Adha Tekankan Arti Berkorban

Kam, 23 Agustus 2018 | 16:50 WIB

Idul Adha Tekankan Arti Berkorban

idul adha tekankan arti berkorban

Probolinggo, NU Online
Idul Adha dinamakan hari raya haji atau hari raya kurban. Hal ini dikarenakan hari raya ini merupakan hari raya yang menekankan pada arti berkorban. Arti kurban ialah memberikan sesuatu untuk menunjukkan kecintaan kepada orang lain, meskipun harus menderita.

Hal tersebut disampaikan pengurus Pimpinan Cabang Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kota Kraksaan KH Hasan Naufal pada Khutbah Idul Adha 10 Dzulhijjah 1439 Hijriyah di Masjid Agung Ar-Raudlah Kota Kraksaan, Rabu (22/8).

"Orang lain itu bisa anak, orang tua, keluarga, saudara berbangsa dan setanah air. Adapula pengorbanan yang ditujukan kepada agama yang berarti untuk Allah SWT dan inilah pengorbanan yang tinggi nilainya," katanya.

Menurut Kiai Hasan Naufal, masalah pengorbanan dalam lembaran sejarah diingatkan pada beberapa peristiwa yang menimpa Nabi Ibrahim AS beserta keluarganya Ismail AS dan Siti Hajar. Ketika orang ini telah membuat sejarah besar yang tidak ada bandingannya. Yakni ketika Nabi Ibrahim AS diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Siti Hajar bersama Nabi Ismail AS putranya yang saat itu masih menyusu.

"Mereka ditempatkan di suatu lembah yanh tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun," jelasnya. 

Dikatakan, Nabi Ibrahim AS sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah SWT yang menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, di sebelah utara kurang lebih 1.600 Km dari negaranya sendiri Palestina. Tapi baik Nabi Ibrahim AS maupun istrinya Siti Hajar menerima perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal.

"Dalam kitab Misykatul Anwar disebutkan bahwa konon Nabi Ibrahim AS memiliki kekayaan 1.000 ekor domba, 300 ekor lembu dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah tergolong miliuner," ungkapnya. 

Tapi menurut Nabi Ibrahim, semua harta itu milik Allah yang dititipkan padanya. Jika Allah menghendaki maka akan diserahkan. Bahkan jangankan cuma ternaknya, bila Allah menghendaki anak kesayangannya Ismail pun, dia mengaku akan menyerahkannya.

Lebih lanjut Kiai Hasan Naufal menerangkan, pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat-umat manusia itu membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar dan mempunyai arti besar. 

"Dari sejarahnya itu, maka lahirlah Kota Makkah dan Ka'bah sebagai kiblat umat Islam seluruh dunia dengan air zam-zam yang tidak pernah kering sejak ribuan tahunan yang silam sekalipun tiap harinya dikuras berjuta liter sebagai tonggak jasa seorang wanita yang paling sabar dan tabah Siti Hajar dan putranya Nabi Ismail AS," tegasnya.

Kiai Hasan Naufal menambahkan, hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul Adha bahwa hakikat manusia adalah sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya. Dan bagi yang menunaikan ibadah haji pada waktu wukuf di Arafah memberi gambaran bahwa kelak manusia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk dimintai pertanggungjawaban.

"Takbir yang kita ucapkan bukanlah sekedar gerak bibir tanpa arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan menggetarkan relung-relung jiwa manusia yang beriman. Allah Maha Besar. Allah Maha Agung. Tiada yang patut disembah kecuali Allah SWT," pungkasnya. (Syamsul Akbar/Muiz)