Daerah

Idul Fitri Jadikan Momentum Kerukunan

NU Online  ·  Jumat, 1 Agustus 2014 | 05:12 WIB

Jember, NU Online
Memelihara sesuatu lebih sulit dari pada menjaganya. Itulah yang terjadi dengan puasa Ramadhan. Orang yang berpuasa Ramadhan relatif bisa mengendalikan diri, jujur, amanah dan sabar. Namun setelah lebaran, belum tentu hal tersebut bisa dipertahankan.
<>
Demikian desampaikan KH. Abdullah Syamsul Arifin saat menyampaikan khotbah idul fitri di masjid Jamik Al-Baitul Amin, Jember, (28/7).

Menurut Gus A’ab –sapaan akrabnya—menjaga akhlaq yang terpuji sesunguhnya merupkan keniscyaan yang harus dilanjutkan  terkait dengan ibadah puasa Ramadhan. “Inilah cara lain kita memaknai pemeliharaan fitrah saat idul fitri dan seterusnya,” tukasnya.

Ketua PCNU Jember tersebut menambahkan, orang yang melanggengkan sifat-sifat terpuji tersebut dalam kehidupannya,  akan selalu merasa tenang. Ia tidak perlu khawatir sebagaimana khawatirnya orang yang suka berkhianat, karena takut terbongkar pengkhianatannya,  atau seperti pendusta yang takut terbongkar kebohongannya.

“Itu semua dihasilkan dari didikan ibadah puasa Ramadhan. Kejujuran  menjadi hal yang teramat penting dalam didikan Ramadhan, dan itu kunci penting kehidupan,” ucapnya.

Sementara itu, Wakil Sekretaris PCNU Jember, M. Eksan yang menjadi khotib di Masjid Al-Fitrah PTPN X Kebun Ajung, menegaskan pentingnya merajut persaudaraan lebih kokoh lagi. Lebih-lebih setelah Pilpres berlangsung.

Dikatakannya, akibat Pilpres yang lalu, terjadi polarisasi dukungan di kalangan pimpinan maupun masyarakat umum yang cenderung dibiarkan. “Marilah dalam Lebaran ini kita dijadikan momentum untuk bersatu membangn bangsa yang lebih baik lagi. Kita adalah bersaudara.  Kita sama-sama lahir dari rahim Ibu pertiwi Indonesia. Sekarang tidak ada kubu-kubuan, yang ada adalah semua anak bangsa,” tukasnya. (Aryudi A. Razaq/Abdullah Alawi)