Daerah

Ilmu dan Ikhlas Hidupkan Kembali Orang yang Wafat

NU Online  ·  Selasa, 9 Juni 2015 | 12:02 WIB

Subang, NU Online
Ketua MWCNU Patokbeusi Kiai Thala'al Badar Karim mengajak warga untuk semangat menuntut ilmu lalu mengamalkannya dengan ikhlas. Melalui keduanya, masyarakat dengan sendirinya akan memetik buah dari ilmu dan hasilnya.
<>
Demikian taushiyah Kiai Thala'al Badar Karim (Kang Toto) pada Haul Abah Mukhtar di maqbarah pesantren Al-Mukhtariyyah, Caracas, Kalijati, Subang, Ahad (7/6).

"Bisa jadi doa Abah Mukhtar puluhan tahun yang lalu baru diijabah sekarang. Dulu mungkin Abah Mukhtar berdoa agar anak dan cucunya menjadi anak-anak yang saleh, berdoa agar mushola yang ia dirikan menjadi pusat dakwah. Sekarang sudah terbukti karena di sini sudah ada pesantren, ada tsanawiyah, juga ada aliyah," kata Kang Toto.

Ia memberikan motivasi kepada para santri untuk terus berdoa memohon kepada Allah agar diberikan ilmu yang bermanfaat dan tentu saja disertai dengan belajar yang tekun. Karena, dengan ilmu orang akan tetap hidup.

"Kiai Wahid Hasyim usianya hanya 39 tahun, tapi sampai sekarang ia tetap hidup. Karena, ia memunyai ilmu dan juga mampu memberi manfaat kepada banyak orang," tambahnya.

Di tempat yang sama, Mas'ud menceritakan kehidupan Abah Mukhtar yang bersahaja. Menurut salah seorang putera Abah Mukhtar ini, abahnya rajin mengaji Al-Quran dan berdzikir. Ia memunyai kecintaan kepada ulama dan juga selalu berbuat baik kepada orang lain.

"Semasa hidup, Abah Mukhtar rajin silaturahmi kepada masyarakat, bahkan sering dijadikan contoh. Seperti ada yang bilang, ‘Kamu kalau hidup harus seperti Abah Mukhtar, akur dengan semua orang dan tidak punya musuh,’" kata Mas’ud.

Abah Mukhtar adalah seorang 'alim yang mendirikan tajug Al-Mukhtar. Dengan ilmu yang diperoleh dari pesantren Kempek di Cirebon dan pesantren Sempur di Purwakarta, ia menghabiskan sisa usianya untuk mengajar para santri dan warga hingga wafat pada 1986. (Aiz Luthfi/Alhafiz K)