Daerah

Ingin Anak Saleh? Masukkan Ke Pesantren!

Ahad, 1 Mei 2016 | 18:06 WIB

Subang, NU Online
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang terbukti mampu mempertahankan karakter bangsa dari rongrongan budaya negatif yang muncul dari arus globalisasi. Di pesantren para santri dididik untuk mengendalikan diri dari segala bentuk norma-norma yang bertentangan kesusilaan.

Demikian disampaikan oleh KH Musa Muttaqien saat memberikan sambutan peringatan Isra dan Mi'raj sekaligus Harlah Ke-26 Yayasan Pesantren Tuhfatul Athfal (Yafata), Desa Marengmang, Kalijati, Subang, Sabtu (30/4).

"Sudah terbukti sampai saat ini pesantren mampu menjaga generasi bangsa dari budaya negatif yang dihasilkan dari globalisasi, semakin hari semakin luar biasa," kata Mustasyar NU Subang itu di hadapan ribuan hadirin.

Atas dasar itu, tambahnya, kegiatan yang digelar di halaman Pesantren ini mengambil tema Pesantren Sebagai Penyeimbang Era Globalisasi Dalam Mewujudkan Generasi Yang Berilmu dan Berakhlaqul Karimah.

Ia melanjutkan, perkembangan teknologi informasi turut memberikan kontribusi dalam mempengaruhi perilaku remaja, apabila tidak diiringi dengan dasar agama yang kuat dikhawatirkan akan melunturkan nilai-nilai akhlakul karimah dalam diri anak.

Senada dengan Kiai Musa, Ustadz Guntur Bumi saat memberikan taushiyahnya menyatakan bahwa pesantren sudah terbukti mampu membekali anak-anak dengan fondasi agama yang bisa menjaga mereka dengan ilmu dan juga akhlak.

"Kalau anak-anak bapak-ibu ingin jadi anak yang saleh dan salehah, ingin menjadikan anak yang berguna, masukkan mereka ke pesantren," tegasnya.

Ia menegaskan, apabila anak dimasukan ke pesantren, orang tua akan tenang dalam bekerja dan tidak akan khawatir anaknya akan terbawa pergaulan di luar sekolah dan luar rumah karena anaknya tersebut pasti sedang mengaji di pesantren.

Selain itu, ketika nanti anak-anak ditakdirkan hijrah atau merantau ke daerah lain karena pekerjaan misalnya, para orang tua pun tidak perlu mengkhawatirkan mereka karena sudah memiliki fondasi yang kuat sehingga tidak akan tergoda oleh budaya-budaya negatif. (Aiz Luthfi/Alhafiz K)