Daerah

Ingin Hidup Berkah? Berikut Arahan Wakil Rais NU Jatim

NU Online  ·  Kamis, 6 Juni 2019 | 01:00 WIB

Ingin Hidup Berkah? Berikut Arahan Wakil Rais NU Jatim

Berbakti kepada orang tua agar hidup berkah. (ilustrasi)

 Surabaya, NU Online
Menurut KH Sadid Jauhari, hidup tidak melulu soal uang dan materi. Kendati telah bergelimang harta, bukan jaminan akan merasakan bahagia. Untuk dapat merasakan keberkahan hidup, setidaknya ada empat hal yang layak menjadi panduan.

Penegasan tersebut disampaikan Wakil Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur ini beberapa waktu berselang. Bahwa setidaknya ada empat keajegan yang harus dipegang agar hidup penuh berkah, yaitu shalat lima waktu, sedekah, berbakti pada orang tua, dan shalat dhuha. 

Kiai Sadid mengawali penjelasannya dengan cerita. “Suatu ketika saya pernah naik taksi dari Kantor PBNU di Jalan Kramat Raya ke Bandara Soekarno Hatta. Ngobrol-ngobrol sama supir taksi,” katanya sebagaimana diceritakan Sekretaris Pengurus Wilayah Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Jawa Timur, Rofii Boenawi, Kamis (6/6). 

"Ustadz, kenapa ya hidup saya ini kok rasanya kacau. Hati tidak pernah tenang dan masalah selalu datang berganti-ganti?" cerita Kiai Sadid, sapaan akrabnya.

“Mungkin karena saya pakai kopyah makanya dia panggil saya ustadz,” seloroh Pengasuh Pondok Pesantren As-Sunniyah, Kencong, Jember ini.

Karena ditanya dan disebut sebagai ustadz, Kiai Sadid pun menjawab: 

"Pertama, kalau bapak masih punya orang tua, bapak harus berbakti kepadanya,” jelasnya. 

Menurut alumnus Pesantren Sarang tersebut, antara lain cara berbakti adalah dengan berbagi kepada kedua orang tua, termasuk tentu saja menjadi kebanggaan. “Bahagiakan mereka dan jangan pelit,” kata kiai yang gemar mengenakan pakaian warna putih tersebut.

Banyak anak yang gagal menjadi kebanggaan, apalagi membahagiakan ayah dan ibunya. “Selagi itu manfaat dan bapak mampu, penuhi segala keinginannya,” jelas Kiai Sadid. 

Sedangkan yang kedua, disarankan istikamah shalat dhuha. “Wong cuma dua rakaat saja kok, syukur-syukur kalau bisa empat rakaat atau delapan rakaat. Insyaa Allah hidup bapak akan barokah,” terang Kiai Sadid. 

Dalam pandangannya, ketentraman hidup tidak semata memiliki penghasilan yang besar. “Mungkin penghasilannya tidak banyak, tapi hidup terasa tenang dan selalu Allah mudahkan jalan keluar saat ada kesulitan,” urainya.

Mendengar penjelasan ini, tiba-tiba sang sopir diam. Dan dalam penglihatan Kiai Sadid, terlihat bahwa yang bersangkutan menangis kemudian berkata: "Bagaimana mau shalat Dhuha ustadz, shalat lima waktu saja tidak karu-karuan," ungkap Kiai Sadid menirukan pengakuan sang sopir.

Kepada sejumlah fungsionaris PW LAZISNU Jatim, Kiai Sadid berujar bahwa tidak tahu bagaimana keadaan sang pengendara. “Entah bagaimana keadaannya sekarang. Mudah-mudahan pembicaraan kami waktu itu membuka pintu hidayah dan membuat pak sopir kembali ke jalan ketaatan pada Allah SWT, sehingga hidupnya berkah dan selalu diridlai Allah SWT,” katanya diamini pengurus yang ada.

Menurut Mohammad Rofii Boenawi, itulah pelajaran yang didapat saat sowan ke Kiai Sadid. “Di samping itu beliau melengkapi penjelasannya bahwa ada empat hal yang harus dijaga sebagai kunci agar hidup menjadi berkah yakni shalat lima waktu, sedekah, berbakti kepada orang tua dan shalat dhuha,” pungkasnya. (Ibnu Nawawi)