Daerah

IPNU harus selalu jaga moralitas Bangsa

NU Online  ·  Kamis, 24 Februari 2011 | 11:19 WIB

Kudus, NU Online
Bertepatan hari lahir ke-57 Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)  yang jatuh pada 24 Pebuari ini, organisasi pelajar yang didirikan KH Tholhah Mansur ini diharapkan ikut menjaga moralitas bangsa. Salah satunya dengan mengintensifkan pendampingan terhadap pelajar yang belakangan ini banyak yang terjebak pada prilaku melenceng dari norma agama.

“Karena pelajar adalah salah satu komponen yang menentukan masa depan bangsa, maka keberadaannya harus diselamatkan. IPNU secara  signifikan lakukan pendampingan untuk  memberi solusi atas problem kaum pelajar.” ujar mantan ketua IPNU Cabang Kudus M. Aflach ketika dimintai refleksinya terkait harlah IPNU ke 57.
>
Kepada NU Online, Aflach menambahkan dirinya sangat prihatin kondisi pelajar maupun remaja yang sedang terjadi akhir-akhir ini. Dalam pengamatannya, pelajar yang notabene masih usia remaja banyak yang melakukan aksi pornografi, free sex,prosititusi dan miras.

“Demi menjaga masa depan bangsa, IPNU wajib mencegah prilaku remaja melalui program-program peduli yang bermafaat bagi pelajar. Harlah IPNU bisa menjadi momentum yang tepat menyelamatkan moralitas anggotanya.” tandas alumni IPNU Kudus era 80-an ini.

Secara terpisah Wakil Ketua PC IPNU Kudus Agung Riyanto menyatakan hal yang sama. Menurutnya, IPNU ke depan harus menunjukkan karakter organisasi sebagai kader bangsa yang mampu merubah perilaku dan karakter kepemimpinan bangsa dengan mengedepankan akhlakul karimah.

“Hal inilah yang harus dilakukan kader IPNU sehingga ke depan  moralitas bangsa akan tetap terjaga dengan baik.”tegasnya.

Di tengah kepungan idiologi yang bersifat tathorruf (keras), Agung menegaskan IPNU harus mampu menjaga nilai-nilai gerakan yakni tawasut wal I’tidal, tasamuh, tawazun dan amar ma’ruf nahi mungkar.

“Nilai-nilai tersebut harus dikembangkan dan dilaksanakan dalam setiap perilaku kader dan anggota IPNU di tingkat bawah,” tandasnya lagi.

Menyinggung advokasi pelajar, Agung menambahkan pentingnya konsep dan rumusan yang konkrit serta persepsi yang sama antara pimpinan pusat dan pimpinan di bawah.

“Pendampingan kita pada pelajar hanya sebatas sosialisasi undang-undang pendampingan dan memberikan bekal pelajar menghadapi Ujian Nasional yang mengalami perubahan formatnya. Kami telah mencobanya hingga kini,”pungkasnya pada NU online, Kamis (24/2). (adb)