Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa Barat menggelar seminar wawasan kebangsaan di Aula Fakultas Adab dan Humaniora UIN Bandung, Rabu (30/11). Kegiatan yang bekerja sama dengan BEM Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati tersebut bertema “Menjaga Indonesia, Merawat Kebinekaan”.
Sekitar 300 peserta yang mengikuti seminar tersebut. Mereka terdiri dari mahasiswa, kader IPNU dan organisasi kepemudaan (OKP) di Jawa Barat.
Ketua Umum Pimpinan Pusat IPNU Asep Irfan Mujahid yang hadir pada kesempatan itu mengatakan, persoalan kebangsaan seperti disintegrasi semakin kompleks sehingga perlu digalakan kembali menjaga kebinekaan dengan terus mensosialisasikannya.
"Semangat toleransi pada keberagaman kini memudar. Pada saat ini umat Islam dipersepsikan menentang kebinekaan," tuturnya.
Padahal dalam sejarah NKRI, umat Islam Indonesia berkontribusi besar dalam mengawal keragaman dan mendasarkan pondasi negara ini pada keberagaman masyarakat. Spirit keindonesiaan terbentuk atas kerja peradaban secara kolektif, dilakukan oleh lintas suku, agama, dan ras.
"Indonesia tak akan sukses bila hanya ada Islam di dalamnya sehingga bineka harus tetap dijaga," tambahnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, pada hari ini mayoritas masyarakat lebih percaya dengan arus informasi viral di media sosial, dengan tanpa memperdulikan kebenarannya informasi tersebut. Kondisi ini sangat berbahaya dan dapat mengancam kebhinekaan, ditambah dengan konflik antarkelompok dengan sangat mudah bisa diprovokasi isu di media sosial.
"Untuk itu maka sudah saatnya kita tampil kembali turun ke jalan, melakukan gerakan sosial dengan memberikan edukasi publik khususnya yang berkaitan dengan politik kebangsaan," lanjutnya.
Di tempat yang sama, Ketua Departemen Sosiologi UGM Arie Sudjito mengatakan, dulu persoalan Indonesia menghentikan imperialisme. "Tantangannya kini adalah kemakmuran. Benturan yang kini dihadapi adalah imperialisme baru dan perpecahan di antara kita," katanya.
Dia menuturkan, padahal keberagaman itu mampu membentuk spirit keadilan Indonesia. Musuh yang sebenarnya adalah ketidakadilan global dan sekterian perspektif agama. Padahal jelas konstitusi kita itu membahas tentang keberagaman, dan bukan pada perbedaan agama dan etis.
"Umat Islam perlu peka dan peduli biar enggak terlibat dalam benturan ini. Bayangkan bila ini tak dicegah. Untung dulu ada NU dan Muhammadiyah yang mencegah itu," tuturnya.
Dia melanjutkan, semua masyarakat harus peduli dengan kondisi bangsa. Dengan ikut memikirkan bangsa yang tetap menjaga persatuan, semua masyarakat harus diajak secara praktis demokrasi dan kebinekaan Indonesia.
"Jangan hanya pada elite politik yang peduli terhadap bangsa, akan tetapi masyarakat dilibatkan," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN SGD Bandung Wahyu Iriana menuturkan, menjaga kebinekaan menjadi bagian penting. Guncangan yang terjadi saat ini hal biasa karena sebelumnya pernah menghadapi dan melewatinya.
"Dulu ada NII dan PKI yang ingin memecah NKRI, tapi akhirnya NKRI tetap berdiri," tuturnya.
Dia menambahkan, kesadaran palsu bernegara sudah menjangkit di Indonesia seperti elite politik dan mafia politik. Ini menjadi tanggung jawab bersama untuk membenahi kesadaran palsu tersebut. Perbedaan akan menjadi bangsa ini menjadi besar serta ditekankan kepada masyarakat untuk menjaga kebinekaan bangsa.
"Kalau kita enggak paham bingkainya, bagaimana kita bisa berbangsa dan bernegara yang satu Indonesia," pungkasnya. (Benny Ferdiansyah/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Idarah 'Aliyah JATMAN Masa Khidmah 2025-2030
2
Asyura, Tragedi Karbala, dan Sentimen Umayyah terhadap Ahlul Bait
3
Penggubah Syiir Tanpo Waton Bakal Lantunkan Al-Qur’an dan Shalawat di Pelantikan JATMAN
4
Rais Aam PBNU: Para Ulama Tarekat di NU Ada di JATMAN
5
Gencatan Senjata Israel-Hamas
6
Gus Yahya: NU Berpegang dengan Dua Tradisi Tarekat dan Syariat
Terkini
Lihat Semua