Way Kanan, NU Online
Nabi Muhammad SAW diutus Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak. Sebagai pengikut Rasullulah, pantaskah meninggalkan atau menanggalkan akhlak saat berinteraksi, menyampaikan pendapat, dalam keseharian hingga di media sosial (medsos)?
"Akhlak maupun etika merupakan misi utama Nabi Muhammad SAW. Dan itu tidak hanya etika dalam perbuatan, tapi juga etika dalam berbicara. Bahkan etika dalam menjaga pandangan mata maupun hati kita," ujar Ketua Pimpinan Ranting Ansor Way Tawar, Pakuan Ratu, Way Kanan, Lampung, Miftalif Albar, di Way Kanan, Sabtu (26/11).
Berbicara mengenai akhlak dan etika dalam mengeluarkan pendapat di media sosial, katanya, hal itu tetap masuk pada aturan yang berlaku dalam Islam, bahkan undang-undangpun mengatur hal itu.
"Dalam Al-Qur'an, Allah menegaskan bahwa ucapan seseorang menjadi cermin keimanannya. Seorang yang imannya baik, maka akan berkata hal-hal yang baik pula, begitu juga sebaliknya," ujar Miftah lagi.
Dengan demikian, kata dia menyikapi media sosial yang ramai ujaran kebencian hingga hujatan, seseorang yang mengaku dirinya Muslim namun tidak bisa menjaga lisannya, maka bisa dipastikan keimanannya sangat lemah.
"Dan sangat jelas bahwa hal itu sangat jauh dari etika yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW," tuturnya.
Alumni PKL III PW GP Ansor Lampung itu menyayangkan, banyak orang mengaku sebagai penolong agama Allah atau pembela agama Allah, namun ucapan maupun perbuatannya sangat jauh dari ajaran Islam.
"Bisakah dikatakan seorang itu penolong jika ia mencelakakan? Bisakah disebut pembela jika ia menjerumuskan? Islam telah tegas mengajarkan, dosa besar seorang yang berkata tidak sesuai dengan perbuatannya," pungkasnya. (Hamengku Rayyan/Mahbib)