Daerah SATU ABAD QUDSIYYAH

Jaringan Santri Tidak Terhenti Saat Lulus

Sen, 23 Mei 2016 | 12:00 WIB

Jakarta, NU Online
Para ulama dalan penerus estafet perjuangan pana nabi dan santri adalah penerus estafet pejuangan para ulama. Hubungan para ulama dengan santri-santrinya tidak terhenti ketika para santri lulus dan melanjutkan jenjang kehidupan selanjutnya. 

Para santri dapat terus berkomunikasi dengan guru-gurunya meskipun mereka telah menempuh jenjang pendidikan selanjutnya atau terlibat dalam proses kehidupan berikutnya. Para santri yang sudah menetap di tempat-tempat baru tetap merupakan perpanjangan tangan dari lembaga madrasah atau pesantren awalnya saat remaja.

Demikian dinyatakan ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus KH Em. Nadjib Hassan saat memberikan wejangan kepada ratusan alumni Madrasah Qudsiyyah se-Jabodetabek dan sekitarnya dalam acara Roadshow Satu Abad Qudsiyyah, Ahad (22/5). Menurut Nadjib, para santri tidak boleh lepas dari dua tanggung jawab sekaligus, yakni kepada masyarakat sekitar tempat tinggalnya dan lembaga pendidikan asalnya. 

“Ilmu yang diperoleh para santri selama belajar di madrasah adalah bekal untuk mengabdi di masyarakat. Bekal ini bukan modal yang terputus, setiap saat santri dapat datang ke madrasahnya dan bertemu dengan para gurunya untuk men-charge ulang ilmunya atau sharing pengalaman dengan para guru dan adik-adik angkatannya,” tutur Nadjib yang juga Ketua Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini.

Dalam kaitan dengan sanad keilmuan, menurut Nadjib para santri harus yakin bahwa ilmu yang mereka dapatkan di madrasah dan mereka sebarkan kepada masyarakat adalah ilmu-ilmu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Ilmu yang mereka dapatkan bersumber dari para ulama dengan reputasi dan kredibilatas yang tersambung hingga Nabi Muhammad SAW.

“Walisongo mendidik generasi ulama yang menjunjung tinggi kebenaran ilmiah. Para santri  yang sudah menjadi ulama terus saling bersilaturrahim bukan sekedar untuk berbasa-basi semata, lebih dari itu mereka saling berguru dan mentashih ilmunya. Ada ulama yang ahli tafsir bersedia berguru tentang ilmu arudh kepada ulama lain yang dulunya adalah muridnya,” papar Nadjib yang juga Alumni UIN Yogyakarta ini mencontohkan. 

Dengan demikian, lanjut Nadjib, jaringan keilmuan para ulama di Nusantara ini saling bersambung dan terus berkembang melalui transfer pengetahuan dan sharing pengalaman. Sehingga jaringan ulama-santri ini mewujud  dan terus berkembang menjadi kekuatan utama dalam mewujudkan tatanan masyarakat Islam Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia.

Madrasah Qudsiyah Menara Kudus menggelar roadshow peringatan Satu Abad Qudsiyyah di enam propinsi pulau Jawa selama tiga bulan. Kegiatan ini diselenggarakan dan diikuti oleh para alumni Madrasah Qudsiyyah yang sekarang berbadan hukum Yayasan pendidikan Islam Qudsiyyah di setiap lokasinya. Akhir pekan ini, roadshow diselenggarakan di Jabodetabek dan sekitarnya dengan dihadiri oleh para guru dan pengurus Yayasan seperti KH Em. Nadjib Hassan, KH Halim Mahfudh Asnawi, KH Fatkhurrahman BA dan KH Ihsan dan M. Rikza Chamami dari perwakilan alumni Qudsiyyah Semarang. (Syaifullah Amin)