Daerah

Jelang Satu Abad NU, Gerakan Kemandirian Ekonomi Harus kian Masif

Jum, 6 April 2018 | 07:00 WIB

Jelang Satu Abad NU, Gerakan Kemandirian Ekonomi Harus kian Masif

Bentuk Kemandirian Ekonomi berupa NU Mart

Jombang, NU Online
Lima tahun ke depan usia organisasi Nahdlatul Ulama (NU) genap satu abad atau 100 tahun. Jelang usia yang sudah tidak muda lagi ini, ada pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan, yakni memasifkan gerakan kemandirian ekonomi di tubuh NU itu sendiri.

Hal ini disampaikan Katib Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jombang, Jawa Timur Ahmad Samsul Rijal. Menurut dia, tantangan yang cukup besar untuk NU adalah persoalan perekonomian belakangan ini. Namun hal itu bukan persoalan yang tidak bisa diselesaikan. Sejumlah upaya untuk menuju ke sana sudah mulai dilakukan oleh sejumlah warga NU di berbagai daerah.

"Jelang satu abad Nahdlatul Ulama (NU) saatnya berpikir untuk menggerakkan badan usaha ekonomi NU," ungkapnya, Jumat (6/4).

Ia tak menampik beragam tantangan yang dihadapi NU kian komplit akhir-akhir ini, mulai yang berkaitan dengan keumatan (kebangsaan), keagamaan, perpolitikan, perekonomian hingga yang bersinggungan dengan kenegaraan. Pada saat yang sama, ada kalanya kelompok-kelompok tertentu memainkan strategi-strateginya untuk semakin membesarkan sejumlah tantangan tersebut dalam bentuk-bentuk yang beragam.

Namun dari berbagai tantangan tersebut, paparnya, persoalan ekonomilah yang cukup menjadi perhatian serius warga NU. Pasalnya, untuk tantangan yang lain sejatinya sama dengan sebelum-sebelumnya, kelompok-kelompok tertentu hanya mempolesnya dengan formula yang beragam.

"Karena pertarungan masa kini dan masa depan berpusat pada ekonomi," jelas Kiai Rijal sapaan akrab dia.

Menurut analisanya, persoalan perekonomian pun sudah bukan menjadi rahasia umum. Mereka juga sudah mengetahuinya bahwa NU memiliki tantangan ekonomi yang tengah dihadapi warganya. Karena itu, upaya untuk mengaburkan usaha NU dalam membangun kemandirian ekonomi selalu akan dihalangi dengan memainkan berbagai isu di tengah masyarakat. Termasuk isu SARA.

"Isu SARA akan selalu dimainkan untuk mengaburkan dan membuang lacak dari seluruh strategi penguasaan ekonomi," tuturnya. (Syamsul Arifin/Muhammad Faizin)