Kampung Pancasila Nihil Tanpa Sosialisasi Pemikiran KH Ahmad Siddiq
NU Online · Ahad, 9 Juni 2019 | 01:00 WIB
Jember, NU Online
Kampung Pancasila yang telah diresmikan oleh Bupati Jember, Faida di kompleks Pondok Pesantren Asshidiqi Putra (Ashtra) beberapa waktu lalu, diharapkan tidak sekadar menonjolkan fisik. Sebab jika yang ditonjolkan hanya fisik berupa bangunan gapura, papan nama dan sebagainya, tidak akan banyak memberikan manfaat bagi masyarakat.
Harapan tersebut dikemukakan Wakil Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama-PBNU, H Badri Hamidi saat bersilaturrahim dengan Gus Baiquni Purnomo di kompleks Pondok Pesantren Ashtra, Talangsari, Kecamatan Kaliwates, Jember, Sabtu (8/6).
Menurut H Badri, penetapan Kampung Pancasila di Talangsari yang dimaksudkan sebagai ‘pengingat’ terhadap jasa KH Ahmad Siddiq dalam mempertahankan Pancasila sebagai azas tunggal waktu itu, akan sia-sia jika tidak diikuti dengan sosialisasi pemikiran beliau terkait Pancasila. KH Ahmad Siddiq, lanjutnya, tidak sekadar mempertahankan Pancasila dengan tangan kosong, namun dengan alasan dan argunentasi yang logis.
“Saya masih ingat kata-kata beliau saat sebagian tokoh dan umat Islam menuduh macam-macam terhadap rencana Presiden Suharto yang akan menerapkan azas tunggal (Pancasila) bagi semua ormas. Waktu menjelang Munas Alim Ulama di Situbondo, Kiai Ahmad berkata kira-kira begini: ‘diibaratkan makanan, Pancasila itu sudah kita makan puluhan tahun, kok masih dipersoalkan halal-haramnya sekarang’ . itu kan aneh,” ucapnya.
Dalam pandangan H Badri, argumentasi jenaka sang kiai sangat menohok. Betapa tidak, Pancasila sudah resmi menjadi dasar negara sejak Indonesia merdeka tahun 1945. Sejak saat itu Pancasila sebagai ideologi bangsa tidak ada yang menyoal, tidak ada gejolak, dan aman-aman saja. Tapi kenapa 37 tahun kemudian saat pemerintah mau menerapkan Pancasila sebagai azas bagi ormas dan organiasi politik, banyak yang ribut.
“Padahal Pancasila sudah 37 tahun jadi dasar negara. Lagian isi Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran Islam, bahkan menguatkan ajaran Islam. Dan tidak mungkin menggantikan agama, karena Pancasila dibuat oleh manusia. Lalu di mana letak kejanggalannya, apa masalahnya. KH Ahmad Siddiq mampu menjawab itu semua dengan tuntas” ucapnya.
Karena itu, pemikiran-pemikiran KH Ahmad Siddiq yang demikian cemerlang tesebut perlu disosialisasikan, tidak hanya saat penetapan Kampung Pancasila, tapi seterusnya agar masyarakat paham pemikiran KH Ahmad Siddiq.
“Insyaallah tetap penting masyarakat mamahami pemikiran KH Ahmad Siddiq terkait Pancasila, apalagi saat ini muncul pihak-pihak yang terus mencoba mempertentangkan agama dan Pancasila,” pungkasnya. (Aryudi AR).
Terpopuler
1
Fadli Zon Didesak Minta Maaf Karena Sebut Peristiwa Pemerkosaan Massal Mei 1998 Hanya Rumor
2
Mendesak! Orientasi Akhlak Jalan Raya di Pesantren
3
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
4
LD PBNU Ungkap Fungsi Masjid dalam Membina Umat yang Ramah Lingkungan
5
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
6
Orang-Orang yang Terhormat, Novel Sastrawan NU yang Dianggap Berbahaya Rezim Soeharto
Terkini
Lihat Semua