Solo, NU Online
Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah Solo, Jawa Tengah memperingati Isra’ Mi'raj Nabi Muhammad SAW, Jumat (29/3). Ribuan jamaah hadir pada kegiatan akbar tersebut. Habib Novel bin Muhammad Alaydrus, pengasuh Majelis Ar-Raudhah, memimpin langsung acara ini.
Rangkaian acara dimulai usai shalat magrib dengan tadarus Al-Qur'an dan pembacaan Ratibul Haddad. Selesai shalat Isya berjamaah, majelis dimulai dengan pembacaan beberapa kasidah.
Tidak seperti biasa, Habib Novel memulai kajian dengan mengajak jamaah untuk bernyanyi bersama lagu Di Sini Senang di Sana Senang. “Lagu tersebut sangat penting untuk dihayati, Bahwa kita harusnya bisa senang dan menyenangkan orang lain dalam kondisi apapun,” katanya.
Karena sekarang yang sering diungkapkan adalah di sini sumpek di sana sumpek. “Sekarang orang mudah berkeluh kesah dengan orang lain. Padahal tidak ada makhluk yang bisa menyelesaikan masalah. Hanya Allah yang seharusnya menjadi tempat kita mengadu,” urainya.
Habib Novel juga memberikan penjelasan tentang segala sesuatu datangnya dari Allah SWT. “Ada yang tampak di mata kita sebagai sesuatu yang tidak enak, namun sebenarnya ada skenario Allah SWT dalam sesuatu tersebut,” jelasnya.
Dirinya kemudian memberi tamsil buah durian. "Seandainya anda belum pernah tahu buah durian, tentu enggan jika dikasih buah tersebut. Karena kulitnya berduri dan tampak tidak bisa dinikmati. Namun setelah dibuka, ternyata sesuatu yang sangat enak luar biasa,” ungkapnya.
Terkait perjalanan Isra’ Mi'raj, Habib Novel menjelaskan kepada jamaah bahwa sebagai umat Muslim harus mengagumi perjalanan spektakuler tersebut. “Sebuah perjalanan yang merupakan hadiah luar biasa dari Allah SWT,” katanya.
Selain memperingati Isra’ Mi'raj, kajian rutin Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah juga spesial karena menjadi pertanda dimulainya santri weekend majelis ini. Ada lebih dari 250 orang yang mendaftar untuk mengikuti pesantren selama tiga hari dalam program ini.
“Saya berharap, program santri weekand dapat menjadi alternatif kegiatan sehat akhir pekan masyarakat Indonesia,” pungkasnya. (Pekik Nur Sasongko/Ibnu Nawawi)