Daerah

Keunikan NU Menurut Pengasuh Pesantren Sumber Anom

NU Online  ·  Senin, 5 Desember 2016 | 06:00 WIB

Pamekasan, NU Online
Saat memberi taushiyah di beberapa acara, KH Raden Taufik Hasyim kerap membeberkan ragam keunikan organisasi Islam terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama (NU). Pengasuh Pesantren Sumber Anom, Pegantenan, Pamekasan, Jawa Timur tersebut kini mengemban amanah sebagai Ketua PCNU Kabupaten Pamekasan.

"NU itu unik. Apa ada ormas yang memiliki kepengurusan dari pusat sampai ranting, bahkan hingga anak ranting? Di Pamekasan, kami memiliki 199 ranting, melebihi jumlah desa karena ada satu desa yang punya dua ranting," ungkap Kiai Taufik, panggilan akrab KH Raden Taufik Hasyim.

Bahkan di luar negeri, tambahnya, lebih dari 20 cabang istimewa dibentuk. Dari jutaan warga NU itu ada petani, mahasiswa, pengusaha, pejabat, kiai, budayawan, santri, ilmuwan, cendekiwan, dokter, dan lain-lain.

"Ada juga yang betul-betul ingin berkhidmad pada NU, tapi ada juga yang hanya ingin makan dari NU. Itulah uniknya," urainya.

Mengapa ormas lain kok sepi, santai dan tenang-tenang, menurut Kiai Taufik, ya karena massanya sedkit. Sehingga, mudah diatur. "Tapi NU jutaan. Bahkan data terakhir, warga NU ada dalam kisaran 91 juta," ungkapnya.

Dalam bahtsul masail, beber Kiai Taufik, kadang keputusan Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU di kepengurusan cabang, berbeda dengan LBM di kepengurusan wilayah. Kadang kiai di Jawa Tengah beda pendapat dengan kiai di Lombok dalam hal tertentu.

“Itulah uniknya NU. NU ibarat bunga mekar semerbak. NU semakin harum mewangi. Hanya orang-orang yang tidak paham saja yan mencaci," tekannya.

Karena itulah, NU selalu menjadi kajian penelitian dari semua ilmuan dunia. Manajemennya, organisasinya, kepengurusannya, tokoh-tokohnya, kiprahnya, betul-betul unik.

"Sungguh ikhlas para pendiri NU, hingga sampai sekarang masih eksis dalam menghidupkan nilai-nilai keagamaan dan mendinamiskan nilai-nilai kebangsaan. NU tidak mengajarkan warganya mencaci maki dan menghujat. Selamat ber-NU bagi sahabat," tukasnya. (Hairul Anam/Fathoni)