Daerah

KH Dimyati Banten Meninggal Dunia

Jum, 3 Oktober 2003 | 16:29 WIB

Jakarta, NU Online
Kyai kharismatik Banten, KH Dimyati (78) yang memimpin Pondok Pesantren Cidahu di Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang Banten, Jumat dini hari meninggal dunia, di kediamannya di Kampung Cidahu.

Salah seorang kerabat almarhum, H Murtado kepada wartawan, usai pemakaman almarhum, Jumat sore mengatakan, beberapa jam sebelum meninggal, kyai yang sering dikunjungi pejabat negara ini sempat memimpin pengajian bersama santri-santrinya sampai pukul tiga pagi.

<>

"Sekitar pukul tiga pagi, kyai kemudian masuk ke kamarnya. Namun, setelah itu Abah (panggilan kyai Dimyati) tidak keluar lagi," kata dia.

Setelah diperiksa, menurutnya, Abah didapati terbaring di tempat tidur, dan sudah meninggal dunia.

Kabar meninggalnya Dimyati kemudian disebarkan ke kyai yang lain, dan sampai pula ke beberapa pejabat negara, termasuk Wakil Presiden Hamzah Haz yang khabarnya secara khusus mengucapkan bela sungkawa.

"Saya sudah dihubungi Pak Hamzah dan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Letjen TNI Darsono yang mengucapkan rasa duka citanya yang mendalam," ujar Murtado.

Sementara itu, menurut KH Sangadiah MA, salah seorang penasehat Nahdlatul Ulama (NU) Banten, selama hidupnya, Kyai Dimyati sering dikunjungi para pejabat dan mantan pejabat negara, antara lain BJ Habibie, Hamzah Haz, Akbar Tanjung, Siti Hardianti Rukmana (Tutut), dan mantan presiden Soeharto.

"Bahkan Gus Dur saat masih menjabat presiden rela menunggu almarhum selama dua jam hanya untuk bertemu. Almarhum memang sering dimintai pandangannya oleh para pejabat. Tapi ia tidak mau menerima apapun pemberian dari para pejabat itu," katanya.

Buktinya, jelas KH Sangadiah, Kyai Dimyati pernah mengembalikan dana bantuan dari BJ Habibe. Begitu juga bantuan-bantuan dari Tutut, anak mantan presiden Soeharto, dan para pejabat lainnya.

"Kita sangat kehilangan, mudah-mudahan semua langkah yang ditempuh almarhum dapat dicontoh oleh ulama-ulama lainnya," ujarnya.       

Almarhum yang meninggalkan empat orang istri dan delapan orang anak itu, dimakamkan di pemakanan keluarganya, di Cidahu, Jumat sore sekitar pukul 15.30 WIB.(mkf)

Â