Pamekasan, NU Online
Warga nahdliyin di Pulau Madura berduka. Itu menyusul Pendiri Lembaga Bela Diri Sinar Putih KH Mudhofar Assidiq wafat, Senin (5/12) siang sekitar pukul 12.00 WIB.
Kiai Mudhofar meninggal dunia karena sudah sepuh, berumur 65 tahun. Saat menghembuskan nafas terakhir, umat Islam menyesaki kediamannya di Jalan Tegal Mulyo Yogyakarta. Jasadnya dikebumikan Selasa (6/12) sekitar pukul 10.00 WIB.
Informasi tersebut langsung menyebar cepat ke warga Nahdliyin Madura yang tergabung dalam Sinar Putih. Mereka shalat ghaib dan melangsungkan doa maghfirah bersama-sama.
"Shalat ghaib dilaksanakan sebagau salah satu bentuk penghormatan dan kasih sayang kita dengan mendoakan beliau," ujar salah Suto Abdurrahmab selaku salah seorang pelatih Sinar Putih yang merupakan Kepala Desa Kertagena Tengah, Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.
Usai latihan reguler di unit baru Desa Sokalelah, Kadur, Pamekasan Senin (5/12) malam anggota Sinar Putih melaksanakan doa bersama untuk kebaikan Kiai Mudhofar. Selasa (6/12) malam, sebelum latihan di halaman masjid Baiturrahman di unit Sinar Putih Kertagena Tengah, juga dilaksanakan acara serupa.
"Semoga unit lain mengikuti jika ada waktu," tukas Suto yang ikut Sinar Putih sejak mondok di Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep.
Kiai Mudhofar selama ini dikenal sebagai pendiri sekaligus pelatih Sinar Putih yang sangat sabar. Bahkan, meski dalam kondisi kurang sehat, pada Jumat (18/12) sampai Ahad (20/12) lalu, Kiai Mudhofar tetap hadir ke Latihan Bersama Sinar Putih di Parangkusumo Yogyakarta.
Di Pulau Madura, Sinar Putih terbilang mengakar kuat. Bahkan, Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor Kadur menjadikannya sebagai salah satu program kerja organisasi.
Sinar Putih merupakan bela diri yang menekankan pada olah fisik, olah nafas, dan olah rasa. Tujuan utamanya ialah dalam rangka membentengi diri dari penyakit lahir dan batin. (Hairul Anam/Fathoni)