Daerah

Kiai Khusein Ilyas Berkisah Terciptanya Shalawat Burdah

Kam, 22 November 2018 | 20:00 WIB

Jombang, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyyah Al-Misbar Karangnongko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, KH Khusein Ilyas meminta masyarakat untuk semangat membaca shalawat untuk Nabi Muhammad SAW, terutama selama bulan Rabiul Awal.

"Ayo sengat baca shalawat, ayo kita bareng-bareng baca Shalawat Burdah. Shalawat ini sangat terkenal. Tapi kita baca sebagian saja, tidak semuanya. Nanti tidak jadi acara Maulid Nabinya, pada protes," katanya saat mengisi pengajian maulid nabi di Dusun Sariloyo, Desa Sambongdukuh, Kecamatan Jombang, Kamis (22/11).

Dikatakannya, Shalawat Burdah dikarang oleh Imam Ahmad Bushairi. Nama lengkapnya Syarafuddin Abu 'Abdullah Muhammad ibn Sa'id ibn Hammad ibn Muhsin ibn 'Abdullah ash-Shanhaji Al-Bushiri Al-Mishri.

Nisbat atau sebutan al-Bushiri menunjuk sebuah daerah di Mesir bernama Bushair, salah satu daerah kekuasaan Bani Suwaif, tempat asal sang ibu. Al-Bushiri mengalami kepindahan ke Kairo, dimana disana ia belajar tentang gramatikal arab dan sastra dan menghafalkan al-Qur'an semenjak usia belia.

Al-Bushiri dikenal sebagai seorang sufi, pengikut thariqah dan ahli membuat bait syair (nâdhim).

"Imam Bushairi dulu ini pernah sakit lumpuh selama tiga tahun. Dalam keadaan sakit itu, ia menciptakan Shalawat Burdah. Diberikan nama burdah karena sering bershalawat kepada Nabi akhirnya Nabi datang menemui Bushairi. Nabi datang dengan serban dan jubah putih. Lalu Bushairi diselimuti oleh Nabi, lalu disuruh berdiri dan jalan. Ternyata bisa, kembali sehat dan normal. Ini kehebatan shalawat," ungkap Kiai Khusein.

Kiai Khusein menjelaskan saat membaca Shalawat Burdah itu Imam Bushairi sampai menangis karena rindu kepada Nabi Muhammad SAW. Ia juga menyebutkan tidak ada ruginya membaca shalawat atas Nabi karena bentuk kecintaan pada orang yang dicintai.

"Baca shalawat sampai nangis itu tidak masalah. Lanjutkan shalawat, setiap hari," tandasnya. (Syarif Abdurrahman/Abdullah Alawi)