Daerah

Kiai Syahruna, Ahli Falak Jawa Timur Wafat. Ini Kiprahnya...

Sel, 4 Februari 2020 | 14:45 WIB

Kiai Syahruna, Ahli Falak Jawa Timur Wafat. Ini Kiprahnya...

Kiai Muhammad Uzal Syahruna, Ketua Lembaga Falakiyah PCNU Blitar, Jatim (Foto: Istimewa)

Blitar, NU Online

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Ahli falak senior Nahdlatul Ulama dari Biltar, Jawa Timur telah berpulang. Kiai Muhammad Uzal Syahruna, Ketua Lembaga Falakiyah PCNU Blitar sekaligus Wakil Ketua Lembaga Falakiyah PWNU Jawa Timur pulang ke rahmatullah pada Selasa (4/2) dini hari menjelang waktu Shubuh. Wafatnya beliau mengejutkan keluarga besar Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Jawa Timur, mengingat hingga 12 jam sebelumnya beliau masih aktif membagi informasi dalam grup khusus ahli falak LFNU se–Indonesia.

 

Dalam beberapa tahun terakhir kondisi kesehatan Kiai Syahruna memang mulai menurun. Namun kondisi ini tidak menurunkan semangatnya untuk terus mengembangkan dan berbagi pengetahuan ilmu falak. Di kalangan ahli falak LFNU, beliau sangat dikenal dengan tuturan nasihat yang rutin dikirim setiap hari di bawah tajuk Hikmah Pagi yang mengutip butir–butir kitab Nashaaihul ‘Ibad.

 

Hingga 20 jam sebelum wafat, beliau masih menyempatkan mengirim Hikmah Pagi beserta rincian rundown pemakaman almaghfurlah KH Shalahuddin Wahid di makbaroh pondok pesantren Tebuireng. Maka segenap jajaran Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama pun sangat kaget kala kabar duka dari Blitar datang.

 

Fungsionaris LF PBNU, Ma'rufin Sudibyo mengisahkan tentang kiprah Kiai Syahruna selama ini. Semangatnya dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu falak menurun dari keluarga besar beliau. Sang paman, KH Nawawi Muhammad Yunus Mualif atau lebih dikenal dengan KH Nawawi Yunus al–Kediri, adalah ahli falak legendaris yang menelurkan kitab Risalatul Qamarain dan Tashilul Mitsal wal Akwal hampir seabad silam.

 

"Keduanya menjadi bagian dari kitab–kitab falak yang diajarkan di pondok-pondok pesantren. Dalam klasifikasi sistem hisab, Risalatul Qamarain termasuk ke dalam sistem haqiqy taqriby, yakni sistem hisab tertua yang bersifat aritmetik dengan mengacu pada tabel falak (zij) Ulugh Beg dari abad ke-15 Miladiyah. Sementara Tashilul Mitsal wal Akwal merupakan bagian dari sistem hisab haqiqy tahqiqy, yakni sistem hisab yang menjadi perbaikan dari sistem haqiqy taqriby setelah mempertimbangkan prinsip–prinsip segitiga bola," jelas Ma'rufin.

 

Sebagai bagian keluarga besar KH Nawawi Yunus al-Kediri, Kiai Syahruna menguasai sistem hisab yang termaktub dalam kedua kitab itu. Penguasaan hisab bagi ahli falak Nahdliyin bukanlah hal aneh. Dalam penentuan awal bulan Hijriyah setiap bulan, Nahdlatul Ulama tetap berpedoman pada rukyat hilal yang dikategorikan sebagai ibadah fardhu kifayah.

 

"Namun ilmu hisab tetap digunakan dalam konteks sebagai alat bantu pelaksanaan rukyat hilal. Tanpa mengetahui prakiraan kedudukan Bulan pada saat ghurub di tanggal 29 Hijriyyah, maka rukyat hilal tak bisa diselenggarakan," paparnya.

 

Menurut Ma'rufin, Kiai Syahruna mulai memperdalam ilmu falak sejak tahun 2000 kepada paman beliau dan juga kepada kakak ipar beliau (KH Abdul ‘Adzim). KH Nawawi Yunus dan KH Abdul ‘Adzim adalah pengasuh pondok pesantren Yunusiyah Jamsaren, kota Kediri. Kiai Syahruna menuntut ilmu falak di sini setiap malam Jumat. Pengetahuan tersebut kemudian dipraktikkannya dalam pembelajaran rukyat hilal menjelang setiap awal bulan Hijriyyah yang dilaksanakan selama tiga tahun berturut–turut dengan mengambil lokasi pantai Serang, Kabupaten Blitar.

 

Selain untuk mengasah kemampuan pribadi, pembelajaran itu juga guna memenuhi keputusan Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama bahwa rukyat hilal harus diselenggarakan setiap bulan Hijriyah, tidak hanya terbatasi dalam tiga bulan penting saja (yakni awal Ramadhan, awal Syawwal dan awal Zulhijjah).

 

"Pengetahuan almarhum akan ilmu falak lantas diwadahi ke dalam metode asy–Syahru, yang tergolong ke dalam sistem hisab kontemporer yang bertumpu pada segitiga bola. Kitab asy-Syahru diluncurkan beliau tahun 2002 silam. Dalam metode asy-Syahru, selain untuk menghisab awal bulan juga bermanfaat dalam mencari tanggal, mencari kedudukan matahari melalui deklinasinya dan juga untuk menghitung arah kiblat serta waktu shalat," papar Ma'rufin.

 

Metode asy–Syahru bertumpu pada segitiga bola cotangen untuk menentukan ketinggian matahari dan segitiga bola cosinus untuk menentukan sudut waktu matahari. Metode ini cocok diterapkan melalui penggunaan teodolit dengan hisab bisa dikerjakan dengan instrumen minimal kalkulator.

 

Kepakaran Kiai Syahruna dalam ilmu falak menjadikannya dipercaya sebagi Ketua Lembaga Falakiyah PCNU Blitar. Disusul dengan amanah di tingkat provinsi dalam jajaran Lembaga Falakiyah PWNU Jawa Timur. Di Kabupaten Blitar sendiri, beliau merupakan ketua BHR (Badan Hisab dan Rukyat) Daerah Blitar.

 

Lembaga Falakiyah PCNU Blitar merupakan salah satu lembaga falakiyah yang cukup maju. Selain rutin melaksanakan aktivitas rukyat hilal dan melaporkannya ke LF PBNU, lembaga falakiyah ini kerap turut berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan falakiyah yang lain. Mulai dari hisab waktu shalat, hisab dan pengukuran arah kiblat hingga pengamatan gerhana matahari dan gerhana bulan.

 

Untuk tugas–tugas tersebut LF PCNU Blitar telah memperlengkapi diri dengan instrumentasi ilmu falak modern. Teleskop robotik semi-otomatik, yakni teleskop yang dapat mengikuti gerak benda langit tertentu secara otomatis namun juga tetap dapat ditargetkan ulang ke bagian langit tertentu mengikuti kebutuhan perukyat, telah menjadi tulang punggung kegiatan falakiyah LF PCNU Blitar dalam beberapa tahun terakhir.

 

Salah satu upaya lembaga LF PCNU Blitar yang cukup menonjol dan mendapatkan apresiasi PBNU adalah perencanaan dan pengembangan Falak Park yang masih terus berlangsung. Bertempat di puncak Gunung Gede (tinggi 371 meter dpl) yang berlokasi di Desa Sumberboto Kecamatan Wonotirto Blitar, Falak Park dirancang sebagai balai rukyat yang melayani kebutuhan Kabupaten Blitar pada khususnya namun juga membuka diri terhadap kabupaten–kabupaten di sekelilingnya. Falak Park bertumpu pada konsep balai rukyat sebagai kombinasi tempat ziarah sekaligus tempat wisata.
 

"Semoga kiai husnul khatimah dan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki di sisi Allah SWT. Semoga kelak lahir Syahruna–Syahruna milenial dengan semangat yang sama, yang akan meneruskan perjuangan kiai. Amin," pungkas Ma'rufin.


Editor: Muhammad Faizin