Daerah

Kirab Dua Gunungan Jadi Simbol Puncak Sekaten

NU Online  ·  Rabu, 21 November 2018 | 21:30 WIB

Kirab Dua Gunungan Jadi Simbol Puncak Sekaten

Acara Sekaten di Keraton Surakarta Hadiningrat, Solo

Solo, NU Online
Dua pasang gunungan jaler (pria) dan estri (putri) diarak dari dalam keraton menuju ke halaman Masjid Agung Keraton Kasunanan Surakarta, Selasa (20/11). 

Prosesi tersebut menjadi salah satu simbol puncak peringatan maulid Nabi Muhammad SAW di lingkup Keraton Surakarta atau yang populer dengan sebutan Grebeg Maulid

Sejak pukul 10.00 WIB, dua gunungan tersebut diarak oleh utusan, sentana dan abdi dalem Raja Surakarta, Sampeyan dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Paku Buwono XIII Hangabehi.

Sesampai di Masjid Agung, dua pasang gunungan kemudian didoakan abdi dalem ulama. Usai didoakan, Gunungan Jaler dibawa ke halaman Masjid Agung. Ribuan warga yang datang sejak pagi langsung menyerbu hingga ludes tak tersisa. Sementara satu estri dibawa kembali oleh abdi dalem ke halaman Kori Kamandungan untuk dibagikan ke warga.

Takmir Masjid Agung Solo, KRT Muhammad Muhtarom mengatakan, dua pasang gunungan berisi sayuran dan bahan makanan tersebut dibagikan kepada masyarakat sebagai wujud syukur raja kepada kawula (rakyatnya).

"Gunungan ini sebagai wujud syukur Sinuhun (raja) untuk rakyatnya. Gunungan Jaler terbuat dari hasil bumi berupa sayuran mentah dan lainnya. Sedangkan Gunungan Estri terbuat dari bahan makanan kering atau rengginang, yang terbuat dari ketan," ujar Kiai Muhtarom yang juga tokoh NU di Kota Solo.

Menurut dia, kedua gunungan (jaler dan estri) memiliki makna bahwa di kehidupan ini, berdampingan antara laki-laki dan perempuan. Gunungan jaler, paparnya merupakan gunungan yang berbentuk tinggi dan ramping. Sementara gunungan estri berbentuk pipih namun lebih lebar.

"Gunungan estri berisi makanan siap saji. Artinya seorang perempuan harus siap mengolah hasil bumi menjadi makanan untuk kebutuhan hidup keluarga," jelasnya.

Lebih lanjut Kiai Muhtarom menerangkan, arak-arakan gunungan jaler dan estri sebagai puncak tradisi Sekaten, gunungan itu menggambarkan keberadaan laki-laki dan perempuan yang kemudian menghasilkan keturunan.

"Laki-laki dan perempuan melahirkan keturunan. Nabi Muhammad juga manusia yang dilahirkan dari bapak dan ibu. Lahirnya Nabi Muhammad di situ ada simbol sejahtera, Beliau diberi wahyu oleh Tuhan," pungkasnya. (Ajie Najmuddin/Muiz)