Daerah

Kisah Lahirnya Madrasah Miftahul Ulum di Bali

NU Online  ·  Ahad, 22 Juni 2014 | 00:00 WIB

Denpasar, NU Online
Kampung Wanasari merupakan satu kampung di Denpasar dengan mayoritas warga beragama Islam. Kampung yang berada di Kecamatan Denpasar Utara ini secara umum aktivitas perekonomian masyarakatnya ditopang oleh kegiatan perdagangan. Sebagian besar penduduknya tergolong warga kurang mampu.
<>
Ketidakmampuan ini lambat laun berdampak terhadap keberlangsungan masa depan pendidikan anak. Tak ayal, banyak anak usia sekolah tidak dapat melanjutkan pendidikannya lantaran terbentur biaya. Di sisi lain, kebutuhan akan pendidikan tingkat SMP/MTs sangat mendesak mengingat di Wanasari telah berdiri Madrasah Ibtidaiyah sejak 1970-an dan dua pondok pesantren.

Menurut keterangan Kepala MTs Miftahul Ulum Jarod Sudarmaji, M.Pd.I., pada 1999 masyarakat di daerah itu masih sulit mencari sekolah muslim. Meski sudah ada MI untuk tingkat dasar, namun masih belum ditemukan Madrasah Tsanawiyah. “Jadi, anak-anak sekolahnya keluar Bali, seperti ke Asembagus, Situbondo. Dan beberapa pesantren di Jawa Timur.

Akhirnya, lanjut Jarod, para tokoh masyarakat sini bersepakat untuk mendirikan Madrasah Tsanawiyah. Tepatnya pada 16 Januari 1999 para tokoh masyarakat Wanasari merumuskan langkah merapatkan barisan untuk mencari solusi bagi kelanjutan pendidikan anak-anak yang tidak sekolah, yakni dengan mendirikan MTs Miftahul Ulum di bawah naungan Yayasan Miftahul Ulum yang beralamat di Jl A Yani 35 B Wanasari, Denpasar. Yayasan ini dipimpin H Mohammad Hasan Ishaq, SH.

“Saat itu, tantangannya berat. Masyarakat juga belum tahu apa itu madrasah. Mereka juga belum yakin akan kemampuan MTs dalam keilmuan. Nah, tahun 99 itu cuma 9 siswa aja yang masuk. Alhamdulillah, karena komitmen para pendiri dari 9 siswa itu lama-lama makin hari makin meningkat,” ungkap Jarod.

Menurut Jarod, untuk pendiri atau tokoh tidak mengacu kepada satu orang. Hal ini dikarenakan banyak tokoh yang terlibat dalam pembangunan dan pengajaran di Mitahul Ulum.

Kepada NU Online, Kepala MTs Miftahul Ulum Jarod Sudarmaji M.Pd.I mengatakan, madrasah yang dipimpinnya pada mulanya merupakan pondok pesantren. Dalam perkembangannya, pesantren tersebut di-merger dengan pesantren Darun Najah di Desa Dauh Puri Kaja, sebelah timur kampung Wanasari, lantaran kian menyusutnya jumlah santri. Namun, sekolahnya tetap ke MTs Mifathul Ulum Jl Ahmad Yani 35-B Wanasari, Denpasar Utara, Kota Denpasar.

Dengan berdirinya MTs Miftahul Ulum, telah memberikan banyak pengaruh positif terhadap kesinambungan pendidikan warga Wanasari. Selain dapat menampung kelanjutan sekolah para alumni MI dan Pesantren di kampung Jawa tersebut, keberadaan MTs Miftahul Ulum juga telah memberikan manfaat ekonomi bagi warga sekitar madrasah. Banyak di antara mereka menjadi penjual makanan ringan serta alat tulis bagi kebutuhan siswa.

“Pada awalnya, sekolah ini dipandang masyarakat sebagai sekolah yang memberikan pembelajaran agama saja tanpa adanya unsur pendidikan umum. Hal ini dapat dilihat dari input siswa yang masuk sebagian besar adalah alumni MI saja.  Pandangan semacam ini bisa dimaklumi mengingat nama madrasah belum terlalu akrab di masyarakat umum, termasuk juga oleh sebagian warga muslim sendiri,” tutur Kepala MTs Jarod Sudarmaji, M.Pd.I.

Namun, lanjut Jarod, seiring dengan semakin eksisnya MTs Miftahul Ulum dalam pencapaian prestasi di berbagai bidang menyebabkan animo masyarakt terhadap Madrasah Tsanawiyah pertama di Kota Denpasar ini makin meningkat, yaitu dengan bertambahnya jumlah siswa yang berasal dari berbagai lulusan MI dan SD Negeri maupun Swasta. (Ali Musthofa Asrori/Abdullah Alawi)