Daerah

Konfercab NU Jangan Dibuat seperti Model Partai

NU Online  ·  Sabtu, 1 April 2017 | 00:01 WIB

Konfercab NU Jangan Dibuat seperti Model Partai

KH Irfan Sholeh Jombang.

Jombang, NU Online
Wakil Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang KH Irfan Sholeh menegaskan agar panitia, peserta dan seluruh komponen yang terlibat dalam Konfercab tidak mencampur adukkan model partai terhadap pelaksanaan forum musyawarah tertinggi tingkat PCNU itu.

"Konfercab jangan dibuat model partai, bedakan antara NU dan partai. NU didirikan ulama dengan karomahnya dan keikhlasannya. Lihatlah Kiai Hasyim Asy'ari, Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Bisri dan beberapa tokoh NU lainnya," ujarnya, Jumat (31/3).

Pengasuh Pondok Pesantren Alhamidiyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang ini juga menyoroti soal pencalonan Ketua PCNU pada periode berikutnya. Baginya, siapapun boleh mencalonkan dengan tetap mematuhi aturan yang ada, namun sisi lain yang harus diperhatikan adalah pengabdian untuk menjaga serta merawat NU itu sendiri.

"Konfercab itu diharuskan, ini amanat organisasi, cuma jangan sampai menghilangkan substansinya, yaitu merawat NU. Siapapun boleh berlomba berkhidmat buat NU, fastabiqul khairat," terang Kiai Irfan.

Kiai Irfan berharap pada Konfercab yang akan diselenggarakan pada 22-23 April 2017 mendatang di Pondok Pesantren Tebuireng itu, bisa melahirkan pemimpin yang ikhlas dan istiqomah. Disamping itu kaya inovasi dalam menghadapi dinamika organisasi.

"Semoga lahir pemimpin baru yang mengabdi secara ikhlas dan istiqomah. Muncul ide kreatif dan inovatif agar semua lancar dari awal sampai akhir," ungkapnya.

Disinggung terkait segala persiapan pelaksanaan Konfercab hingga saat ini, dirinya menilai sudah cukup baik, termasuk lokasi pagelaran forum musyawarah itu yang dipusatkan di pesantren. 

"Berdasarkan tempat acaranya sudah bagus, cuma sekali lagi jangan dibuat model partai politik," pungkasnya. 

Model partai politik yang dimaksud ialah menghalalkan segala cara untuk memperoleh sebuah kekuasaan, bahkan kerap timbul konflik yang berujung perpecahan. Padahal di NU, memimpin adalah sebuah amanat dan khidmah kepada umat sehingga komitmen dan keihklasan sangat diperlukan. (Syamsul Arifin/Fathoni)