Daerah

Konsekuensi jika Salah Niat dalam Menghafal Al-Qur'an

Rab, 29 Juni 2022 | 12:00 WIB

Konsekuensi jika Salah Niat dalam Menghafal Al-Qur'an

Kosekuensi Jika Salah Niat dalam Menghafal Al-Qur'an

Pringsewu, NU Online 
Saat ini fenomena semangat dalam menghafalkan Al-Qur'an sedang tumbuh di masyarakat. Berbagai pesantren dan lembaga tahfidzul Qur'an berdiri untuk berbagai segmen. Mulai dari anak-anak sampai orang tua banyak yang ingin menghafal, baik 1 juz maupun 30 juz Al-Qur'an.


Terlebih banyak lembaga pendidikan saat ini mengakomodasi para hafidz dan hafidzah untuk mendapatkan fasilitas khusus seperti beasiswa. Bidang lapangan pekerjaan, juga demikian dengan memberikan kemudahan para hafidz dan hafidzah untuk masuk bekerja seperti menjadi anggota kepolisian dan TNI. 


Fenomena ini menjadi hal yang positif dan perlu dipertahankan agar lebih baik lagi ke depan, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dari sisi kualitas, menghafal Al-Qur'an tidak boleh hanya untuk hal-hal yang bersifat duniawi. Niat menghafal harus ditata dengan benar oleh para hafidz dan hafidzah termasuk para orang tuanya. 


"Menghafal Al-Qur'an adalah hal yang mulia. Namun harus diniati benar-benar beribadah bukan untuk gaya-gayaan dan riya. Hati-hati karena Al-Qur'an bisa melaknati. Banyak yang membaca dan hafal, tapi dilaknati Al-Qur'an," ungkap Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pringsewu KH Sujadi menyebut konsekuensi salah niat dalam menghafal Qur'an, Rabu (29/6/2022). 


Kehati-hatian dalam niat ini telah dilakukan dan dicontohkan oleh sebagian para ulama dengan tidak mengizinkan hafalan Al-Qur'an untuk diperlombakan. 


"Ulama sangat menjaga sekali. Bahkan ada yang tidak ingin diketahui hafalannya oleh orang lain. Sampai-sampai tidak boleh ikut MTQ. Takut riya dan memiliki motif-motif lain dalam musabaqah," ungkapnya dalam Kajian Tafsir Qur'an Jalalain setiap pagi ini. 


Ia mengungkapkan kondisi para peserta musabaqah yang berpindah-pindah daerah untuk mengikuti musabaqah dengan niatan materi dunia. Sampai-sampai ada yang melihat besaran materi ketika mau bergabung dengan kafilah daerah tertentu. 


Ia pun mengingatkan kembali agar niat menghafal Al-Qur'an benar-benar ditata sebaik-baiknya untuk menghindari laknat dari Al-Qur'an.


"Mari hafalkan Al-Qur'an. Jangan juga memaksakan kepada anak untuk menghafal. Karena hafal Al-Qur'an adalah pemberian (karunia) dari Allah swt," jelas Abah Sujadi, sapaan karib alumni Pesantren Al Asy'ariyah Kalibeber Wonosobo, Jawa Tengah ini. 


Kiai yang juga hafidz Qur'an ini juga menyebut bahwa pengalaman spiritual setiap orang yang menghafal Al-Qur'an juga berbeda-beda. Ada yang membutuhkan waktu lama dalam menghafal namun ada juga yang cepat mampu menghafal Al-Qur'an 30 juz. 


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin