Daerah HARI KARTINI

Kopri PMII DIY Tolak Perayaan dengan Sanggul dan Kebaya

Sen, 22 April 2013 | 09:04 WIB

Yogyakarta, NU Online
Dalam rangka memperingati hari Kartini, Kopri (Korp PMII Putri) Daerah Istimewa Yogyakarta, bekerjasama dengan berbagai organisasi dan komunitas Yogyakarta, menggelar acara “Malam untuk Kartini: Membaca Surat-Surat Kartini Dan Melanjutkan Perjuangan Kemerdekaan Perempuan” di depan Gedung Agung, Yogyakarta, Ahad (21/04/13) malam.<>

Menurut ketua umum Kopri DI Yogyakarta Icha Sulaiman, kegiatan tersebut dilaksanakan untuk membongkar kebohongan-kebohongan sejarah tentang Kartini yang selama ini telah dibuat oleh para penguasa orde baru.

“Maka kembali menyerukan membaca surat-surat Kartini, melihat kembali dengan kritis apa yang dikehendakinya, dan tentu meneruskan perjuangannya adalah hal yang penting demi melawan mainstream yang telah mengakar selama ini,” tutur Icha, sapaan akrab ketua Kopri DI Yogyakarta tersebut.   

Acara malam itu memang terlihat berbeda dengan mayoritas acara peringatan hari Kartini selama ini, dimana hampir semua pelaksanaanya adalah dengan mengadakan acara berkebaya, bersanggul, masak-memasak, rias-merias, dan sebagainya. Menurutnya, perayaan semacam itu malah akan semakin mendukung domestikasi perempuan, yang sejatinya begitu ditentang oleh Kartini dalam surat-suratnya. 

“Justru kegiatan semacam itu yang sebenarnya bertentangan dengan nilai yang terkandung dalam surat-surat Kartini. Jadi, agenda ini memang kami gelar tanpa sanggul, kebaya, masak-memasak ataupun rias-merias ala orde baru, dan kami menentangnya. Melanjutkan perjuangannya, melawan kekerasan seksual dan pemiskinan terhadap perempuan adalah kepentingan kami. Kartini sudah memulai, mari kita lanjutkan perjuangannya,” tandas perempuan yang saat ini sedang menjalankan studi di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Adapun selain pembacaan 21 surat Kartini kepada sahabatnya; Stella oleh perempuan-perempuan dari berbagai komunitas, acara ini juga dimeriahkan oleh sejumlah aktifis laki-laki PMII dengan membacakan orasi dan puisi tentang perempuan.

“Hari Kartini tidak hanya milik kaum perempuan, tapi milik kita semua. Dan dalam konsep agama apapun, sebenarnya sangat menjunjung tinggi perempuan. Sejarah telah membuktikan, bahwa banyak sektor yang telah dipelopori oleh perempuan, seperti pertanian. Maka Kartini merupakan contoh yang patut kita tiru selanjutnya”, papar Imam S Arizal selaku Ketua Umum Cabang PMII DI Yogyakarta dalam orasinya. 

Acara berlangsung dengan santai dan ramai. Selain karena lokasi yang tepat berada di kawasan titik nol kilometer sebagai pusat keramaian kota Yogyakarta, seluruh peserta yang hadir begitu antusias membacakan surat-surat Kartini.

Para peserta juga terlihat begitu menikmati, serta merespon positif acara tersebut. Mila, salah seorang peserta pembaca surat Kartini yang berasal dari komunitas Sarinah, menuturkan bahwa ia sangat mendukung gerakan semacam ini. 

“Saya menilai kegiatan semacam ini positif. Walaupun tidak memberikan bukti kongkrit, tapi setidaknya ada upaya pelurusan terhadap kegiatan perayaan dan pemaknaan tentang perjuangan Kartini yang telah menjamur dalam masyarakat selama ini. Salah satunya adalah dengan membaca kembali surat-surat Kartini”, papar perempuan yang merupakan mahasiswa Filsafat UGM tersebut. 

Para panitia penyelenggara kegiatan ini juga mengharapkan bahwa kegiatan malam itu bukan sebatas seremonial belaka, dimana terjadi ke-mandeg-an setelah acara selesai dan tidak ada tindak lanjut. 

“Kita akan dan harus tetap memperjuangkan cita-cita Kartini, dan ke depan akan tetap diadakan diskusi sebagai kelanjutan dari kegiatan ini”, tutur salah seorang panitia di penghujung acara.


Redaktur     : Mukafi Niam
Kontributor : Dwi Khoirotun Nisa’