Daerah

Kunjungi Redaksi Media, Jurnalis Madrasah Serbu Pertanyaan

NU Online  ·  Sabtu, 19 Oktober 2013 | 16:00 WIB

Semarang, NU Online
Mengunjungi redaksi Suara Merdeka, Jalan Raya Kaligawe Km.5 Semarang menjadi akhir rangkaian kegiatan Pelatihan Dasar Jurnalistik MA Mathalibul Huda Mlonggo, Jepara, Jumat (18/10). 
<>
Kesempatan tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh sekitar 36 jurnalis madrasah untuk melontarkan sejumlah pertanyaan. Musa misalnya. Siswa kelas XII IPS itu menanyakan perihal cara mengelola majalah madrasah yang inten. 

Sementara Sri Syamsiyah LS yang menerima kedatangan mereka menjawabnya dengan tegas. Bahwasanya menurut Sri kemasan majalah selain menarik, substansinya tidak hanya untuk kalangan pelajar saja melainkan juga untuk khalayak umum. 

Pertanyaan lain dilontarkan Umi Fariha. “Bagaimana cara meliput berita di daerah konflik,” tanya siswi kelas XII IPS. 

Sri, Kepala Deks Solo Metro mengungkapkan wartawan di wilayah manapun dilindungi. Sehingga saat meliput didaerah konflik identitasnya harus jelas. Dan posisinya, sambungnya harus ditengah-tengah tidak memihak kubu mana pun. 

Tak hanya itu, pertanyaan-pertanyaan yang juga dilontarkan pegiat ekskul jurnalistik tentang nasib berita yang belum layak muat, meliput di daerah terpencil dan masih banyak lagi. 

Kepala MA Mathalibul Huda, Sugiwanto yang diwakili pembina ekskul, Kuat Pujianto menyatakan selama kunjungan peserta diberikan pengarahan Sri Syamsiyah dan Priyo Santosa staf sekretariat redaksi tentang pengelolaan, penulisan dan kerja wartawan. “Kami juga diajak keliling kantor serta tempat percetakan,” tambahnya. 

Dengan kunjungan itu, Kuat berharap anak didiknya makin termotivasi dan mendapat wawasan baru tentang jurnalistik. “Tujuannya untuk meningkatkan kualitas majalah La Tansa dan buletin Tanda yang kami kelola,” harapnya. 

Dalam kesempatan yang sama mereka juga diajak wisata religi ke Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Di MAJT rombongan disambut Ahsan Fauzi, Ketua Remaja Islam MAJT. Kepada siswa ia menjelaskan filosofi MAJT; tangga yang berjumlah 25 sesuai dengan jumlah Nabi. Menara Al-Husna setinggi 99 meter terang Ahsan filosofi dari asmaul husna. Lima tiang, merupakan filosofi rukun Islam dan 6 pancuran menandakan rukun iman. (Syaiful Mustaqim/Abdullah Alawi)